Lihat ke Halaman Asli

Salut Sama Sinetron

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gue sudah lama salut banget sama sinetron Indonesia. Bagaimana enggak, apapun yang dibilang atau kritikan tidak ada satupun yang dapat menahan laju sinetron. Sinetron – sinetron itu bersaing memperebutkan popularitas di mata pemirsa. Para pemerannya menjadi bintang papan atas yang tentu saja jadi meningkatkan pundi – pundi mereka. Mereka menyita waktu para penonton yang kebanyakan kaum wanita. Sinetron – sinetron tersebut mampu mengharu biru emosi para penontonnya ataupun pengamatnya. Walau tentu saja dari segi aspek yang berbeda…

Jika emosi haru biru melanda Ibu saya dan para pendukung setia lainnya, maka emosi jiwa lah yang meliputi diri saya sebagai pengamat… Sinetron yang diputar disaat jam makan malam itu membahana di sekeliling rumah. Mereka menampilkan adegan – adegan yang sulit saya lupakan walau hanya mengamati dan mendengar sebagai berikut :

Adegan :

Seorang bapak dan anaknya tengah berada di dalam pesawat terbang (pasti terbang lah yaaa…. Gak mungkin berenang kan?). Di tengah perjalanan si anak mendadak sakit perut luar biasa yang tak tertahankan. Bukan karena mau BAB. Tapi sakit lain yang parah luar biasa. Si Bapak jelas panik dan menjerit,”TOLONG! ANTAR KAMI KERUMAH SAKIT SEKARANG! ANAK SAYA SAKIT PARAH!!”

Penonton setia :

Aduh, kok gak buru – buru sih diantar ke rumah sakit… Kasian anaknya…

Pengamat :

Emang bapak dan anak itu naik bemo?

Adegan :

Seorang wanita yang baru saja melahirkan berkeras bahwa kondisinya cukup sehat untuk mendonorkan ginjalnya. Walaupun telah dilarang oleh dokter dan apalagi keluarganya. Dengan wajah yg memancarkan budi luhur ia berkata,” Saya siap dokter… Demi kesembuhan orang itu…” Para keluarganya tetap berusaha melarangnya dengan deraian air mata yang gak habis – habisnya…

Penonton setia :

Aduh, wanita itu baik sekali ya… ihikssss (menangis tersedu sedan)

Pengamat :

Gak sekalian sama jantungnya didonorin biar kelar sinetronnya…

Adegan :

Si tokoh utama yang miskin papa ini baru saja mendapat uang untuk biaya operasi sang ibu. Dengan gembira ia berjalan sembari mengeluarkan uangnya dan mulai menghitungnya… Dalam hitungan detik, disambarlah uang yang dipamerkan itu oleh pencopet bermotor. Sang tokoh utama menangis sesenggukan…menangisi nasibnya.

Penonton setia :

Oh, kasian banget sih… Sekarang dia mau nyari dari mana lagi duitnya…

Pengamat :

Itu sih emang dasar pengen nyari penyakit…

Adegan :

Seorang ibu kebingungan karena anaknya dalam penjara. Proses pengadilan belum jelas kapan dimulai. Tapi bukan itu yang membuatnya bingung. Melainkan pesta perkawinan yang sedianya akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Maka sang Ibu pun menghubungi pengacara anaknya sambil marah – marah,”Bagaimana kasus anak saya?”

Pengacara menjawab dengan sabar,”Maaf bu, tapi saya belum mendapat tanggal yang pasti kapan proses pengadilan dilaksanakan…”
Si Ibu tambah mendelik dan menjerit,”Jadiii, anak saya belum bisa bebas dalam waktu dekat ini?”

Sekali lagi dengan sabar, sang pengacara menjawab,” Sepertinya belum bisa Ibu… Saya sungguh minta maaf…”

Asli deh menjeritnya poll,” Lho! Ini bagaimana siiiih!!! Kamu tahu gakk, pesta perkawinan anak saya itu sebentar lagi… Apa gak bisa pengadilannya dipercepat atau bagaimana gitu?”

Penonton setia:

Iya lah… Kan kasian mau menikah kok masih dipenjara

Pengamat :

Dipercepat? Lo kira pengadilan punya nenek moyang elo?

Adegan :

Seorang remaja bertengkar hebat dengan sang ayah. Diujung kemarahannya sang ayah mengusir anaknya dari rumah. Seraya berurai air mata, sang anak gadis keluar dari rumah dengan menyeret tas koper… Walau matahari bersinar cerah…mendadak ada siraman air hujan menyirami sang anak…

Penonton setia :

Oh, bahkan hujan pun turut menyertai anak itu dalam kesedihannya

Pengamat :

Tau aja itu ujan ada anak diusir… Hmmm, bentar lagi bakal ada pelangi dong?

Adegan :

Seorang tokoh antagonis ditemani pacarnya melarikan dari kejaran polisi. Ia sempat tertembak. Sang pacar bergegas membawa wanita ini ke rumah sakit. Meminta operasi secepatnya untuk mengeluarkan peluru. Usai operasi, mereka kabur lagi! Kembali ke rumah dimana polisi sudah ada disana. Polisi menyatakan mereka berhasil menembak si tersangka. Sang wanita langsung memamerkan kakinya yg mulus tanpa ada bekas tembakan, apalagi bekas operasi! Dan untuk memperkuat alibinya bahwa ia tidak apa – apa, ia langsung menari diiringi lagu disko! Di hadapan polisi…

Penonton setia :

Orang jahat kok ada aja sih jalannya untuk kabur?

Pengamat :

Wah, gue mesti tanya tuh ada dimana dokternya? Gue juga mau operasi kayak gitu… Gak bayar, gak ada bekas, dan bisa langsung joget – joget lagi!

Adegan :

Para polisi bergerak menuju ke sebuah rumah. Mereka membawa surat penangkapan tersangka penculikan. Pintu rumah diketuk, keluarlah seorang wanita paruh baya dengan dandanan seperti akan keluar. Polisi menerangkan bahwa mereka hendak menggeledah rumah mencari tersangka. Sang Ibu menolak polisi masuk ke rumahnya (kok bisa ya???) Barulah setelah polisi menunjukkan surat penangkapan, terpaksa ia ijinkan masuk. Semua kamar boleh digeledah kecuali satu. Yang ternyataaaaa…disitulah anaknya si tersangka bersembunyi. Ia berdiri di depan pintu menghalangi polisi untuk masuk.

Penonton setia :

Mestinya si Ibu menolak dengan menangis… pasti polisinya terharu dan gak jadi memeriksa…

Pengamat :

(Terdiam sambil menahan keinginan menjedukkan kepala ke tembok….)

Nah, salut kan sama sinetron? Bagaimana mereka tidak menjadi pencetak uang terbesar saat ini? Alur ceritanya mampu mengharu biru penontonnya dan memancing emosi (walau sekali lagi dari dua sudut yang jauuuh berbeda) dari penonton. Benar – benar kagum sama semua pihak yang turut membantu proses pembuatan sinetron ini hingga ditayangkan.

Kita betul – betul mesti belajar banyak dari sinetron.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline