Lihat ke Halaman Asli

Antara Kita dan Tukang Sampah

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terkadang kalau melihat tukang sampah jadi rada – rada mikir… Kok bisa tahan ya menghadapi sampah yang menjijikkan dengan baunya yang dari jauh saja sudah sangat menusuk hidung? Hanya saja karena itulah pekerjaannya, lama kelamaan tukang sampah itu akan terbiasa dengan segala sesuatu yang busuk dan berbau tidak enak disekelilingnya. Hidungnya beradaptasi sehingga bau busuk itu tidak akan terendus lagi dan sampah disekelilingnya pun akan dianggap biasa saja.

Mungkin kita tidak sadar bahwa kita sama saja dengan tukang sampah itu dalam kehidupan sehari – hari. Yah, tentu saja kita tidak bergelut dengan sampah atau semacamnya. Tapi bisa saja dalam sikap kita terhadap orang lain, atau penerimaan kita dalam menghadapi kelakuan orang lain. Bahkan dalam pekerjaan.

Kita terbiasa bersikap sewenang – wenang terhadap (misalnya) office boy, bawahan, karena buat kita mereka gak penting… Toh, orang lain begitu juga… Dan mereka kan yang butuh kita untuk tetap bekerja…

Kita terbiasa menelan semua perlakuan tidak enak dari atasan atau rekan kerja karena kita tahu, kita butuh pekerjaan ini. Dan kita tidak tahu apakah kita dapat berhenti begitu saja dan mencari pekerjaan lain.

Pekerjaan ini membuat kita rasanya seperti terjerumus ke dalam sumur yang paling dalam… Membuat kita tidak bisa kemana – mana, karena kita sibuk mencari jalan keluar dari sumur tapi tetap saja menemui jalan buntu… Tapi kita juga takut akan apa yang terjadi jika kita berhasil keluar… Kita menjadi nyaman di dalam sumur tersebut walau keadaannya di dalam sangat panas dan tidak nyaman….

Dalam berbagai hal, kita bisa saja sama dengan tukang sampah tersebut. Ia menjadi biasa dengan situasi yang tidak enak disekitarnya karena kebetulan itulah pekerjaannya. Ia harus melakukannya setiap hari. Dan untuk bertahan dengan pekerjaannya itu, ia harus membiasakan dirinya dengan situasi tidak enak tersebut.

Sementara kita, karena dengan alasan sudah terbiasa, tidak siap dengan peribahan, semua orang juga melakukan hal yang sama, kita membiarkan diri dalam situasi yang tidak enak terus menerus.

Jika hal ini dilakukan terus, kita akan terbiasa dengan hal – hal yang tidak baik yang berlangsung di sekitar kita. Kita akan menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar dan biasa serta perlu untuk dilakukan. Apalagi, semua orang disekitar kita melakukan hal yang sama setiap hari. Jadi, mengapa kita tidak?

Hal yang menjijikkan menjadi biasa. Bau yang busuk menjadi tidak terendus.

Dan pada akhirnya, kita dan tukang sampah itu…kurang lebih akan menjadi sama…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline