Desa Wisata Pecinan Glodok, Jakarta Barat memiliki daya tarik wisata, sejarah, budaya yang begitu lekat. Tidak akan habis dalam semalam untuk menelusuri jejak kisah ratusan tahun, seraya menikmati aneka kuliner yang tersedia. Tentu, sekaligus berbelanja aneka fesyen ataupun pernak pernik yang ada di Glodok, kawasan yang berhasil meraih salah satu penghargaan di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.
Delapan buah teko blirik berwarna hijau tersedia di atas meja yang terletak di depan Pantjoran Tea House. Sebuah kotak tertutup berisi gelas-gelas kertas bersih ada di dalamnya. Semuanya disediakan gratis bagi siapapun yang lalu lalang untuk menikmati minuman teh secara gratis. Segelas teh sudah habis saya minum.
Kebetulan, Jumat 11 November 2022 siang, sinar matahari mulai terasa. Saya menikmati sebuah tradisi patekoan, yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Sesuai dengan jumlah teko, dalam Bahasa Mandarin, Patekoan berasal dari kata Pat yang berarti delapan dan tekoan yang berarti teko.
Sebuah tradisi yang dmulai sejak zaman Kapitan Tionghoa Gan Djie, saudagar dan pejabat pemerintah pada tahun 1920-an dan masih dipertahankan hingga kini. Inilah salah satu cerita yang selalu saya ingat bila menyebut Glodok. Saat memandang dan melewati bawah gerbang besar bertuliskan Kawasan Glodok Pancoran, Chinatown Jakarta berwarna abu-abu dan berhias ular naga, kisah-kisah sejarah seakan bermunculan.
Belum masuk pun, Pantjoran Tea House, tempat saya berdiri dan minum teh, sudah ada cerita. Gambar-gambar yang ada di dinding kaca gedung yang dulunya apotik Chung Hwa pada tahun 1930-an, seakan sudah menggiring untuk memasuki kisah Glodok yang menyertai sejak ratusan tahun.
Mengenal Glodok dari Geger Pecinan Hingga Desa Wisata
Menyebut Glodok, orang akan langsung menyebutnya sebagai pusat elektronik. Saya pun pernah membeli televisi disini. Namun sejatinya, Glodok menawarkan banyak hal dan semakin hari, Glodok tumbuh dan berkembang tak hanya sebagai pusat elektronik dan bisnis.
Ratusan tahun sejak zaman kolonial Belanda, Glodok telah dikenal sebagai Pecinan yaitu lokasi tinggal warga Cina.Saat itu, orang-orang Cina (Tionghoa) memang ditempatkan secara khusus di sebuah kawasan yang berada di luar Batavia (kawasan Kota Tua Jakarta) menyusul terjadinya geger pecinan pada tahun 1740. Sebuah pembantaian berdarah yang dilakukan pada masa Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-25 Adriaan Valckenier. Sekitar 10.000 etnis Cina tewas sebagai buntut pemberontakan terhadap Belanda kala itu.