Perempuan itu tak pernah menduga. Lelaki yang menjadi pasangan hidupnya selalu berusaha membatasi gerak langkahnya.
Seandainya melakukan sesuatu yang kelihatannya menggembirakan hati, pasangan itu seakan tidak terima. Terkadang, mengucapkan kata-kata kasar.
Meski demikian, awalnya sebagai perempuan dia tidak tahu jika hal yang dilakukan pasangan hidupnya termasuk salah satu tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pernah, bahkan saat sedang mengandung buah hati, dia sempat didiamkan selama berminggu-minggu.
Tentu saja, perasaan tak nyaman muncul. Perasaan menjadi tertekan. Sedih hati dan terhina pun hadir. Meski demikian, sebagai pasangan yang baik, perempuan ini justru meminta maaf agar emosi marah tak berkepanjangan kala itu.
Bagaimana hal ini bisa muncul? Ke manakah harus bicara dan mengambil tindakan saat itu terjadi?
"Saya dulu awam. Nggak melihat itu KDRT," kata Maria G. Soemitro, anggota Ladiesiana, Komunitas Perempuan di Kompasiana dalam Opini Komunitas bertema Pasangan Kamu Toxic, Gak? (Kamis 24 Maret 2022).
Ditayangkan secara streaming, Opini Komunitas yang dipandu News Anchor Kompas TV Audrey Chandra juga menghadirkan Gita Yolanda Psikolog Klinis dan Founder (@temanbincang.id).
Hidup berpasangan. Hidup berumah tangga tak selalu seindah romantisme tayangan drama korea (drakor). Drama dalam rumah tangga yang harus dihadapi dan dialami hari demi hari belum tentu membawa kebahagiaan. Ada yang membuat perasaan hati tertekan dan mengganggu kesehatan jiwa. Semua itu disebabkan pasangan toxic.
Mengenali Pasangan Toxic
Toxic relationship merupakan hubungan beracun yang tidak menyenangkan dan bisa menyakiti jika terus menerus dibiarkan. Menjalani hubungan dengan pasangan toxic tidak akan membawa kebahagiaan.