Cap Go Meh tiba. Ah, tiba-tiba saya jadi rindu makan lontong Cap Go Meh lezat yang dulu pernah saya cicipi. Lontong yang dibuat oleh seorang perempuan keturunan Tionghoa baik hati khusus untuk puncak perayaan tahun baru imlek, yang jatuh setiap tanggal 15 bulan pertama dalam kalender.
Ibu Kim dari Glodok, begitu saya dan teman-teman biasa menyebutnya. Saat itu, saya masih bekerja di seputar wilayah Kota, Jakarta Barat. Sehari-harinya, perempuan ini produsen dan penjual pastel yang rasanya jempolan. Beda dari yang lain.Kala itu, meskipun sudah lansia tetap lincah bergerak. Beliau jago memasak makanan yang enak-enak.
Jadi, tanpa diragukan dan tanpa banyak bicara, sepiring lontong Cap Go Meh yang disuguhkannya pasti habis tak bersisa disantap. Terkadang masih ingin. Namun, saya malu untuk mengatakannya. Jadi, cukupkan saja sebagai rasa syukur agar rasanya selalu terkenang karena tidak menyantap berlebihan.
Ternyata, benar juga. Kenangan lontong Cap Go Meh tetap ada meski berlalu lama melewati satu dekade. Ketika dalam tradisi perayaan tahun baru imlek, yang salah satunya menghadirkan sajian lontong Cap Go Meh, saya ikut senang meski tak merayakannya. Sesuai dengan namanya, Lontong Cap Go Meh sebagai hidangan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia itu, sudah pasti menyertakan bahan utama lontong.
Lontong Cap Go Meh, Kue Keranjang, dan Jeruk Mandarin
Di atas piring, lontong yang sudah dipotong-potong itu disajikan bersama sayur lodeh, opor ayam, telur pindang, sambal goreng ati, abon sapi, acar, bubuk kedelai dan kerupuk. Jika suka, maka tambahkanlah dengan sambal agar lebi terasa nikmat. Jika sudah komplit, sesuap demi sesuap maka tak terasa akan habis. Ah...!
Tentu saja, kuliner yang ada saat imlek tiba bukan hanya lontong Cap Go Meh saja sebagai puncak perayaan. Banyak makanan enak lainnya yang menjadi ciri khas imlek. Beberapa di antaranya, yakni Siu mie atau mi panjang umur, kue keranjang, dumpling, bebek/ayam, bandeng, lapis legit, kue mangkuk, manisan dan permen, serta nggak ketinggalan jeruk mandarin.
Namun, sajian lontong Cap Go Meh, kue keranjang, dan jeruk mandarin lebih melekat dalam ingatan saya saat imlek tiba. Tiga kulineran ini, selalu sukses membuat saya terkenang-kenang pada tahun baru imlek. Khususnya di wilayah Glodok yang merupakan pecinan dan selalu semarak tiap tahunnya dengan lampion dan warna merah. Plus hujan yang turun saat imlek, tentunya.
Imlek tanpa kue keranjang yang bertekstur mirup dodol tak akan lengkap. Begitupun halnya dengan imlek tanpa jeruk mandarin. Dulu, di kantor lama, biasanya dibagikan jeruk mandarin usai rapat sebagai peringatan imlek.Tepatnya, setelah atraksi barongsai juga selesai. Lebih dari itu, pohon-pohon jeruk yang hadir menghiasi ruangan setahun sekali terasa menyenangkan dilihat.
Nah ingat ibu Kim dari Glodok sebagai salah satu produsen dan penjual kue, ingat juga dengan Glodok yang sangat kaya kuliner enak. Ketika imlek tiba, banyak yang datang ke kawasan Glodok, Jakarta Barat untuk melihat semarak imlek di daerah Pecinan. Mereka bisa mampir untuk kulineran.