Keberadaan masjid bukanlah hanya sebuah bangunan tempat umat muslim beribadah. Masjid memiliki peran yang sangat penting untuk syiar agama dengan dakwah yang menyejukkan.hati. Maka, mengunjungi masjid melalui wisata religi dapat mempertebal rasa iman betapa mengagumkannya sebuah rumah Allah. Keunikan yang dimiliki dapat menjadikanya sebagai masjid favorit. Seperti halnya, Masjid Babah Alun.
Semilir angin berhembus menyejukkan terasa menyentuh kulit saat langkah kaki tiba di sebuah bangunan unik dengan dominasi warna hijau dan merah. Bangunan yang tak seperti biasanya.
Bangunan masjid itu berada di kolong tol Wiyoto Wiyono, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Memandang ke atas, seakan-akan atapnya ada dua, dari bangunan masjid dan dari jalan tol di atasnya.
Beberapa orang lelaki tampak terkantuk-kantuk di pelataran masjid. Seorang marbot terlihat baru saja mengepel lantai. Beberapa anak kecil tampak asyik bermain bola.
Namun, inilah yang tidak biasa dari sebuah masjid pada umumnya. Masjid Babah Alun berdiri bukanlah di sebuah tanah pekarangan yang luas seperti pada umumnya.
Masjid Babah Alun, Tanjung Priok ini dibangun di sebuah lokasi bekas tempat pembuangan sampah yang kumuh. Lokasinya tak jauh dari permukiman padat Gang 21, Warakas. Meski demikian, tidak sulit menjangkau tempatnya dengan kendaraan umum roda empat ataupun menggunakan ojek online.
"Kita salat Ashar disini," kata Titis. Sore itu, kami datang ke Masjid Babah Alun Papanggo bertiga, saya, Titis dan Siti. Kami tidak bertempat tinggal di sekitar wilayah itu.
Mengunjungi sebuah masjid yang unik, kami jadikan sebuah wisata religi. Menuntaskan rasa keingintahuan dari tayangan dan beredarnya tulisan mengenai masjid ini di media massa.
Perpaduan Tiga Budaya
Bangunan masjid Babah Alun yang mulai diresmikan pada tahun 2018 memang sangat berbeda. Ada tiga perpaduan budaya yang terpancar di masjid itu, yakni Islam, Tionghoa dan Indonesia.