Dia yang katanya hampir mustahil bisa menyusu langsung, nyatanya bisa! Kirana mulai bisa latch on saat berusia sekitar 1 tahun. Dia mendapatkan ASI hingga berusia sekitar 2tahun 8bulan.
Tertegun saya membaca kalimat demi kalimat status facebook yang diposting ibu luar biasa bernama Wynanda Bagyo Saputri. Perjuangan yang tidak mudah. Namun, perempuan ini tak pernah berhenti untuk berusaha memberikan air susu ibu (ASI) kepada Kirana, anaknya yang semula tak bisa menyusu langsung akibat penyakit langka Pierre Robin Sequence (PRS).
Saat status yang diunggahnya muncul di facebooknya 6 Agustus 2019, saya meminta izin untuk membagikannya karena akan bermanfaat bagi para ibu yang lain. Tidak sedikit ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui dengan beragam penyebab. Saya masih ingat ketika seorang kakak perempuan harus menangis ketika hanya sedikit ASI yang keluar dari payudaranya, meski telah dipompa dalam waktu yang cukup lama.Sementara bayinya juga menangis keras karena mungkin saja merasa lapar.
Buat seorang ibu, kemampuan menyusui adalah hal luar biasa. Bentuk rasa cinta kepada anak. World Organzation Health (WHO) merekomendasikan anak hanya diberikan ASI selama enam bulan. Setelah itu, mulai diberikan makanan padat dengan ASI yang tetap dilanjutkan hingga usia anak 2 tahun.
"ASI bisa mencegah kematian anak dan mencegah kematian ibu. Dengan menyusui, sebenarnya banyak hormon yang dikeluarkan. Salah satunya oksitosin," kata Menteri Kesehatan Prof. Dr. dr. Nila Farid Moeloek, Sp. M (K), dalam acara puncak peringatan pekan ASI Sedunia 2019 di auditorium Siwabessy, 7 Agustus 2019.
Oksitosin bukan hanya berperan dalam proses kelahiran. Hormon ini juga membantu dalam merangsang air susu ibu setelah kelahiran. Oksitosin memberikan rasa bahagia. Sering disebut hormon cinta, yang berkaitan bila seorang ibu bahagia, air ASI akan semakin lancar. Begitu pentingnya ASI, sejumlah undang-undang dan peraturan pun dihadirkan.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 128 diuraikan, bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Menyusui tidak hanya landasan menjadikan anak sehat, melainkan juga merupakan hak anak dan dasar dalam pembangunan negara.
Bahkan, secara tegas dalam undang-undang ini disebutkan sanksi pidana dikenakan bagi setiap orang yang menghalangi program pemberian susu ibu secara ekslusif. Sanksinya berupa pidana penjara paling lama satu tahun dengan denda paling banyak Rp.100 juta. Penyediaan fasilitas khusus di tempat kerja dan prasarana umum pun wajib disediakan. Menyusui bukan hanya tugas seorang ibu saja. Pihak keluarga, pemerintah, hingga masyarakat seperti PKK perlu mendukung pemberian ASI.
ASI dan Stunting
Air Susu Ibu (ASI) mengandung zat gizi yang lengkap, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, multi vitamin, dan mineral secara lengkap yang mudah diserap dengan sempurna. ASI pun mengandung sel darah putih, zat kekebalan, enzim, hormone, dan protein yang cocok untuk bayi. Bisa dikatakan, ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. Pemberian ASI ekslusif berarti hanya memberikan ASI saja sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan. Pemberian makanan atau minuman sebelum 6 bulan dapat mengurangi produksi ASI, meningkatkan risiko infeksi alergi serta mengurangi ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.
Menyusui adalah cara untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat.Dalam kesempatan pekan ASI yang jatuh setiap minggu pertama Agustus, Menkes Nila Moeloek mengingatkan untuk mencegah terjadinya stunting (kerdil). Hal ini juga terkait dengan bonus demografi Indonesia pada tahun 2030 -2035.