Stasiun Kereta Api Gambir Jakarta lepas maghrib semakin ramai didatangi pemudik, Selasa 28 Mei 2019. Seorang Perempuan berusia lebih dari setengah baya mendekap tasnya. Di sisi kanan tempatnya duduk ada sebuah tas berukuran besar. Seorang anak perempuan yang tadinya bersamanya, beranjak dengan menggengam smartphone.
Duduk bersebelahan, pandangan saya dengan ibu itu beradu. Perempuan itu tersenyum meski wajahnya terlihat keruh. Obrolan pun mengalir. Ibu dan anaknya itu baru saja ketinggalan kereta api sembrani tujuan akhir Surabaya yang harusnya dinaiki. Jadwal keberangkatan kereta api tidak terkejar, meski sudah berusaha naik kendaraan online.
"Nggak nyangka, perjalanan macet. Sampai disini sudah ketinggalan kereta," katanya. Ketinggalan naik kereta api akibat kelalaian sendiri, ibu Yani yang mengaku berprofesi sebagai penjahit dan tinggal di Pasar Minggu itu mengaku merugi. Tidak cuma rugi uang harga tiket kereta api yang hangus, tapi juga rugi waktu."Untung, anak saya masih bisa dapat tiket kereta api pemberangkatan selanjutnya buat mudik lewat aplikasi," ucapnya.
Ngobrol dengan ibu itu, saya ingat peristiwa nyaris ketinggalan kereta saat hendak pulang kampung tahun lalu. Waktu keberangkatan yang kurang dari sejam, tapi masih berada di perjalanan membuat hati gelisah dan tidak karuan. Apalagi saat itu, kendaraan online yang kami tumpangi minta izin sebentar untuk mengisi bahan bakar mobil.
Kala itu, setengah berlari saya mengeprint tiket keberangkatan kereta. Kakak dan anak-anaknya sudah menunggu di dekat pintu pemeriksaan tiket petugas, yang masih harus mengecek kesesuaiannya dulu dengan kartu identitas. "Cepat, keretanya sudah ada dan sebentar lagi jadwal berangkat," ucap petugas yang lain, yang terus terang membuat hati tambah dag dig dug. Untunglah, kereta masih terkejar. Sayangnya ibu yang tinggal di Pasar Minggu dan akan mudik itu tida seberuntung saya karena ketinggalan kereta.
Mudik yang Nyaman dan Aman
Tinggal di jakarta, saya dan keluarga biasanya memilih jalur darat setiap kali mudik ke Purworejo, Jawa Tengah. Entah kereta api ataupun naik kendaraan umum seperti bus. Ada nilai plus masing-masing naik dua transportasi massal ini. Namun biasanya lebih memilih naik kereta api karena lebih memiliki jalur keberangkatan dan jalur tiba di lokasi tujuan dengan tepat. Pesawat tidak menjadi prioritas keefektifan karena rumah di kampung tidak dekat dengan bandara.
Seperti halnya yang lain, mudik memang telah menjadi tradisi tahunan. Buat para pemudik, memang rasanya ada yang kurang jika saat hari raya tidak pulang. Mudik menjadi momen untuk bisa bertemu dengan keluarga besar dan kerabat lainya. Dulu setiap tahun rela untuk berjejal di kereta api. Mudik yang berasal dari kata pulang ke udik saat lebaran member nuansa berbeda. Untungnya saat ini, angkutan kereta api jauh lebih bagus layanannya.
Kenangan-kenangan mudik sejak masih kecil selalu terbayang tak pernah hilang, meski saat ini sejak kakek, nenek, dan orang yang dituakan di kampung sudah meninggal dunia, mulih disik yang berati pulang sebentar untuk ke kampung tak harus tepat saat hari raya. Bisa setelah lebaran karena sebenarnya pulang ke Jawa Tengah tidaklah memakan waktu perjalanan yang lama.
Soal kenangan, setidaknya seperti yang disampaikan Haruki Murakami dalam The Wind-Up Bird Chronicle. "Kenangan dan pikiran memiliki rentang usia, pada orang kebanyakan. Akan tetapi pikiran tertentu tidak pernah menua, dan kenangan tertentu tidak pernah hilang,."
Nah terkait mudik yang nyaman, aman, dan dibikin simpel, ada beberapa tips yang bisa dilakukan, yakni :
1. Siapkan tubuh yang sehat dan waktu keberangkatan
Kalau sudah sering mudik, kelihatannya memang sepele. Padahal penting sekali. Pemudik perlu sekali memperhatikan waktu keberangkatan dan jadwal tiba kereta yang ditumpangi sampai tujuan. Persiapan disini maksudnya meliputi persiapan tubuh yang sehat dan prima sebelum berangkat mudik. Ini betul banget. Bu Yani,yang ngobrol karena ketinggalan kereta mengaku kurang tidur karena mengejar target selesainya pesanan jahitan. Semua pesanan jahitan miliknya telah selesai diantar ke pelanggan.
Banyak pemudik, terutama yang menggunakan kereta api, berpikir tidak apa berangkat dalam keadaan lelah karena dalam perjalanan menuju kampung bisa tidur. Padahal ini tak sepenuhnya tepat karena dalam keadaan mengantuk. Bisa berangkat telat dan ketinggalan kereta. Tubuh yang lelah juga mengurangi kewaspadaan.