Dunia konstruksi selalu identik dengan dunia maskulin.Tak terkecuali proyek Mass Rapid Transportation (MRT) Jakarta, yang sedang berpacu waktu menuju target operasional Maret 2019. Namun, #SiapaBilangGakbisa di balik itu, ada seorang perempuan tangguh yang harus memastikan seluruh pekerjaan konstruksi lancar. Dialah Silvia Halim, Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta.
Silvia menjadi satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan di jajaran direksi PT MRT Jakarta sejak September 2016, badan usaha yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah Jakarta. Di balik kelembutannya sebagai perempuan, Silvia tak canggung untuk bekerja di bagian konstruksi yang didominasi oleh para laki-laki.
Begitupun jika ditanya apa sih pekerjaan yang pantas atau cocok untuk seorang perempuan atau jika ada persepsi mengenai perempuan nggak bisa dan nggak mau, perempuan berambut sebahu ini akan tegas menjawab jika perempuan bisa melakukan pekerjaan yang dianggap maskulin.
Dalam kesehariannya bekerja di bidang konstruksi, Silvia banyak bertemu engineer, insinyur-nsinyur perempuan di lapangan. Bukan hanya di PT MRT Jakarta sendiri, tetapi juga di kontraktor, banyak yang bekerja sehari-sehari sebagai di dunia engineer atau sebagai pengawas lapangan.
"Kita perempuan, mau lho ke lapangan. Kena matahari. Badannya belang-belang. Keringetan. Melawan debu, dan juga bisa tegas menghadapi kontraktor para pekerja di lapangan, yang jelas mereka adalah laki-laki," tegas Silvia Halim saat dijumpai di Gia Restaurant, Sampoerna Strategic Square.
Siang itu, Silvia membagikan kisah inspirasinya sebagai seorang wanita kuat dalam acara Media Event Pantene #SiapaBilangGakBisa. Melalui kampanye #SiapaBilangGakBisa, Pantene ingin mendorong para perempuan Indonesia untuk menjadi perempuan kuat dalam mengembangkan dirinya melebihi ekspektasi. Kiprah Silvia Halim merupakan contoh perempuan yang mampu mendobrak batas gender di bidang konstruksi.
Menurut Silvia, perempuan bekerja di bidang konstruksi saat ini sudah bukan hal yang aneh. Sudah saatnya tidak ada yang mengkategorisasikan atau mengkotak-kotakkan apa yang bisa dikerjakan perempuan dan mengatakan apa yang pantas dikerjakan bagi seorang perempuan.
Perempuan Indonesia, kata Silvia, sudah melakukannya dan yakin akan terus bertumbuh. Meski diakuinya memang, belum cukup banyak terekspos karena kenyataannya secara dominasi dan jumlah memang lebih banyak pekerja laki-laki di dunia konstruksi.
Berkontribusi Untuk Masyarakat
Sillvia bercerita mengenai keterlibatannya di bidang konstruksi lantaran rasa suka pada bidang civil engineering dan senang terlibat dalam hal yang bersifat bangun membangun. Namun yang membuatnya tetap bertahan di industri konstruksi adalah karena melihat dengan pekerjaan konstruksi, dirinya bisa berguna bagi masyarakat.
"Sukanya yang mbangun mbangun, Jadi itu yang membuat saya pertama kali tertarik, tapi yang makes me stay di industry ini adalah karena saya melihat apa yang saya kerjakan, yang saya bangun bisa memberikan dampak yang luas bagi masyarakat. We talking about membangun infrastrukrur yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari," tutur Silvia dalam bahasa Indonesia yang terkadang disisipi Bahasa Inggris.