OBROLAN mengenai THR alias Tunjangan Hari Raya semakin asyik mendekati hari raya lebaran. Bukan cuma saat bertemu langsung dengan teman dan kerabat saja. Cerita soal THR di grup whatsapp pun tak ketinggalan ramai.
Tiga inti obrolan itu adalah kapan mendapatkan THR, berapa jumlah THR, dan rencana digunakan untuk apa THR itu. Saat ini rata-rata pegawai kantoran, terutama pegawai negeri sipil (PNS) sudah mendapatkan THR-nya.
Pembayaran THR sesuai dengan pemberitaan dan pengumuman pemerintah, sudah akan dimulai akhir Mei hingga awal Juni 2018. Semua karyawan pasti senang menerimanya karena tidak ada persyaratan apapun untuk mendapatkannya. Karyawan rajin dapat, karyawan kerja setengah-setengah pun dapat.
Semua menunggu kedatangan THR. Suatu hal yang wajar karena saat hari raya Idul Fitri kecenderungan pengeluaran akan semakin tinggi. Selain harga-harga meningkat, tradisi lebaran memang mau tidak mau harus mengeluarkan isi dompet lebih banyak.
Nah, mereka yang dapat THR sudah dipastikan, seorang karyawan terdata dari sebuah perusahaan. Bahkan tahun ini, para pensiunan PNS pun merasa sangat senang karena untuk pertama kalinya di era pemerintahan sekarang, mendapatkan THR.
THR jelas bukan untuk seorang freelance atau pekerja mandiri. Kelompok satu ini cuma bisa mesam mesem saja soal THR, meski biasanya sudah mempersiapkan diri untuk tidak menerima apapun kecuali dari job-job yang diterima jelang lebaran.
Kembali ngomongin THR para karyawan, saya jadi ingat pesan dari whatsapp yang saya terima dari kerabat saya. Dia sudah mendapatkan THR-nya, tapi perasaan yang muncul adalah dua hal, yakni suka dan duka.
Lha maksudnya? Rasa suka cita karena mendapatkan uang lebih di luar gaji yang bisa didapatkannya, tapi sekaligus sedih karena uang THR yang diterimanya itu akan numpang lewat saja alias habis tak bersisa.
Begini pesannya," Saya sudah dapat THR, saya senang tapi sekaligus sedih."