Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menyusuri Glodok, Menelusuri Keragaman Budaya dan Kuliner

Diperbarui: 16 April 2017   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candra Naya, gedung cagar budaya yang diapit hotel dan apartemen. Dulunya, merupakan rumah milik Mayor Cina (dokpri)

Glodok ! Bila mendengarnya, setiap orang yang terbayang biasanya adalah kawasan niaga, khususnya elektronik. Namun, ternyata tak hanya itu. Selain kawasan bisnis dan belanja, Glodok memiliki banyak cerita sejarah yang menawarkan keragaman budaya. Sajian pesona surga makanan yang beraneka, dapat menjadi pilihan bagi siapa pun yang singgah.

 BANGUNAN kuno berasitektur Cina itu tepat berada di tengah gedung-gedung modern hotel Novotel. Di depannya terdapat pagar rendah. Sejumlah lampion warna merah tampak tergantung. Atap gedung cagar budaya yang berbentuk segi empat ini   tampak melengkung di ujung-ujungnya.

Candra Naya. Bangunan yang berdiri sejak tahun 1807 dan terletak di Jl. Gajah Mada No. 188, Glodok, Taman Sari, Jakarta Barat  itu, seakan menjadi pemikat tersendiri.

Tak sulit menemukan gedung ini karena lokasinya yang cukup strategis. Berada di pinggir jalan. Menjadi ikon hotel. Penunjuknya pun bisa dilihat dari halte Trans Jakarta yang tidak jauh letaknya.

Candra Naya menjadi tempat pertama kami singgah, sebelum melakukan serangkaian perjalanan menyusuri Glodok. Ira Lathief dari Jakarta Food Traveller yang juga kompasianer, menjadi pemandu perjalanan yang serba Glodok. Mengenal kawasan yang disebut Pecinan Jakarta.  

Bangunan Candra Naya memiliki pintu utama berwarna hitam, yang di tengahnya terdapat segi delapan berwarna emas. Konon berfungsi untuk mengusir roh jahat. Tulisan Candra Naya ada di atas pintu. Ada penjelasan sejarah mengenai  Candra Naya digantung pada tembok sisi kanan dan kiri pintu.

Gedung Candra Naya adalah milik Khouw Kim An, seorang mayor Cina di Batavia.

Mayor yang pandai berbahasa Belanda ini lahir pada 5  Juni 1879 memperoleh warisan dari ayahnya Khouw Tjeng Tjoan.

Memasukinya, nuansa serba Cina terasa. Hiasan-hiasan dinding, kata-kata bijak berpigura, relief, seakan-akan membawa ke tempat yang berbeda. Ada beberapa rauangan, seperti ruangan tamu dan kamar-kamar. Kolam teratai di bagian belakang tampak indah memikat pandangan .

Sebelum dikelola oleh pihak Novotel, gedung ini sempat berpindah-pindah pemilik, mulai dari tempat lembaga sosial, poliklinik, dan sejumlah kursus. Dari tempat ini juga muncul sejumlah pemain bulu tangkis terkenal Indonesia.

Belut hidup (dokpri)

Usai mengunjungi Candra Naya, kami memasuki Glodok Plaza. Bila pada bagian atasnya banyak penjual elektronik, maka pada basementnya terdapat banyak los penjual cemilan. Ahai, beragam permen dengan aneka bentuk dan rasa tinggal pilih. Banyak juga permen yang bertuliskan bahasa Cina.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline