Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

Pasar Rakyat, Potensi dan Identitas Lokal yang Harus Dilestarikan

Diperbarui: 28 Januari 2017   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pedagang sayur pasar Slipi melayani pembeli yang datang (Dokumentasi Pribadi)

Perempuan  berusia jelang paruh baya itu sedang membenahi sayuran dagangannya di los sayur lantai dua Pasar Slipi, Kemanggisan, Jakarta Barat, sore itu. Senyum di wajahnya langsung melebar ketika melihat saya mendatanginya. “Cari apa?” tanyanya ramah.

Ibu dua anak ini memang selalu menyapa saat saya ataupun keluarga saya berbelanja di los sayurnya ataupun sekedar melewati  tempat dagangannya saja. Bahkan, bisa dibilang mengenal baik ibu saya yang lebih sering berbelanja ke pasar.   

Jumat Sore 27 Januari 2017 pukul 16.00,  suasana pasar Slipi sudah sepi. Hanya ada satu pembeli selain saya, yang datang untuk membeli sayur mayur. Sehingga, terciptalah obrolan mengenai keadaan pasar saat ini, mulai dari semakin sepinya pembeli, kondisi bangunan  Pasar Slipi yang sudah bocor disana sini, keinginan memiliki pasar yang ramai pembeli, hingga kebutuhan mendesak yang membuat pedagang sayur ini harus meminjam uang untuk kelangsungan berdagang dari bank keliling.

Marni sudah lebih dari 30 tahun berjualan sayur di Pasar Slipi. Dia sempat mengalami kondisi pasar yang dulu masih berupa tanah becek di era pertengahan tahun 1980, sebelum kemudian Pasar Slipi dibangun dan seluruh pedagangnya sempat direlokasi sementara di sebuah lapangan bola yang tidak jauh lokasinya.

Pasar sayuran menempati tingkat lantai satu pasar. Disinilah ratusan pedagang menghidupi keluarganya selama puluhan tahun (Dokumentasi Pribadi)

Pada tahun 1990 usai Pasar Slipi dibangun tiga lantai, yakni lantai dasar, lantai satu, dan lantai dua, dengan satu basement, Marni pun menempati los sayur di lantai satu. Bersama suaminya, perempuan ini berjualan sayur selama puluhan tahun untuk membesarkan dua anaknya hingga tamat SMU dan akhirnya menikah.

Marni merasakan kondisi bangunan pasar dari yang semula bagus saat baru dibangun hingga akhirnya mengalami kebocoran disana sini. Pasar Slipi yang sejak beberapa tahun belakangan ini menjadi pemberitaan di media massa karena kondisi bangunannya yang memprihatinkan. Khususnya sejak masa pakai pasar sudah habis sejak tahun 2010.

Lantai bangunan yang bocor telah menyebabkan air turun saat hujan datang sehingga mengganggu kegiatan berdagang. Lantai pasar kerap licin dan becek. Lantai dua atau lantai tertinggi, yang dulunya merupakan bioskop dan tempat hiburan bilyar kini kosong. Kerusakannya jangan ditanya lagi. 

Bocornya sudah mencapai lantai di bawahnya. Lantai-lantai keramik juga sudah banyak yang lepas. Sebuah pasar yang sudah selayaknya untuk direnovasi segera untuk mengembalikan keceriaan dan kejayaan pasar yang semakin sepi dan suram.

Kondisi pasar rakyat, salah satunya Pasar Slipi perlu segera direvitalisasi karena berada dalam kondisi rusak dan bocor disana-sini (Dokumentasi Pribadi)

Ibu saya mengaku takut ke pasar jika sehabis hujan. Takut terjatuh karena licin. Sebagai penduduk setempat yang juga sudah puluhan tahun tinggal dan berbelanja di pasar rakyat ini, secara tidak sadar  tercipta hubungan emosi dan relasi sosial yang kuat. Hal ini lebih dikarenakan yang berjualan dan membeli adalah orang yang mayoritas hampir sama. Itu-itu lagi.

Pasar Slipi secara lokasi berhadapan langsung dengan Plaza Slipi,hanya dibatasi dengan fly over menuju Tanah Abang. Di samping pasar, selain berjajar toko-toko, juga terdapat sejumlah minimarket, Alfamart dan Indomaret.

Sudar, seorang pedagang buah yang juga sudah 30 tahun berjualan buah, pasar sayur dan buah mengakui kondisi pasar yang sepi. Tempat perbelanjaan modern yang lebih nyaman, yang berada dekat dengan Pasar Slipi cukup mempengaruhi surutnya jumlah pembeli. Jam buka pasar, terutama los bagian atas terbatas hanya sampai sekitar pukul 6 sore. Jumlah pembeli semakin berkurang dan terbatas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline