Lihat ke Halaman Asli

riap windhu

TERVERIFIKASI

Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menteri Bambang, Bappenas di Bawah Pimpinannya, dan Dialog dengan Kompasianer

Diperbarui: 6 September 2016   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dalam Tokoh Bicara Kompasiana. Dialog : Bappenas di bawah Kepemimpinan Bambang P.S Brodjonegoro, Senin 29 Agustus 2016 (foto:dokpri)

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional  (Bappenas). Menyebut namanya sudah pasti tidak jauh-jauh dari segala hal perencanaan pembangunan nasional yang  ada di seluruh Indonesia, untuk tujuan pembangunan. Lembaga yang harus berupaya agar segala rencana selaras dengan seluruh pihak terkait. Juga tentunya tetap mampu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia.

Namun di saat yang sama, awal yang terbayang dari sebuah kegiatan dialog dengan  Bappenas adalah suatu hal yang berat, yang sangat serius, dan mesti berpikir sangat keras karena berupa bahasan rencana pembangunan skala nasional. Segala sesuatunya harus dalam keadaan yang serba rapi dan tertata.

Kenyataannya tidak demikian. Kegiatan Kompasiana Tokoh Bicara, berupa Dialog Bappenas di bawah Kepemimpinan Bambang P.S. Brodjonegoro berlangsung dengan cair dan terbuka. Tidak ada sekat antara menteri dengan para kompasianer dalam acara yang diselenggarakan di Ruang Rapat Pimpinan, Lantai  2, Gedung Utama Bappenas, Jl. Taman Suropati No. 2, Menteng, Jakarta Pusat, pada Senin, 28 Agustus 2016.

Kompasianer yang antusias hadir dalam acara dialog memenuhi ruang rapat pemimpin di lantai II gedung Bappenas (foto:dokpri)

Pukul 18.00 ruang rapat pimpinan itu sudah dipenuhi sekitar 50-an kompasianer yang sudah siap untuk berdialog dengan Menteri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.  Namun acara sedikit mundur waktunya karena sang menteri harus mengikuti rapat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta.

Tak jadi soal, karena justru ada waktu untuk menikmati keunikan yang ada di ruang itu. Termasuk lorong menuju ruang rapat yang dipenuhi oleh gambar-gambar para mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Gedung Bappenas, penghargaan yang diraih. Dari sini, semua yang hadir, begitu juga saya, dapat lebih mengenal dan mengetahui sejarah perjalanan Bappenas. Ya, sejak berada di depan gedung yang  menghadap Taman Suropati ini, saya sudah terpikat dengan  arsitektur menarik gedung lawas  peninggalan Belanda, yang baru kali ini saya kunjungi.

Bisa dibilang inilah kegiatan pertama Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dengan para blogger . Menteri hasil reshuffle jilid II Kabinet Kerja, yang  sebelumnya menduduki posisi Menteri Keuangan ini baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo, di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu 27 Juli 2016. Baru satu bulan menduduki kursi barunya menggantikan Sofjan Djalil, menteri sebelumnya.

Inilah yang mengundang rasa ingin tahu. Seperti apa sebenarnya Bappenas di bawah Kepemimpinan Bambang P.S. Brodjonegoro. Visi dan langkah apa yang dilakukan oleh menteri berkacamata yang juga guru besar Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu.

Menteri  Bambang pun tampaknya tahu diperlukannya para penyuara berupa tulisan mengenai kebijakan-kebijakannya, agar sampai diketahui dan sampai oleh masyarakat Indonesia. Berulang-ulang dalam uraian dan penjelasan slide-nya, Menteri Bambang mengucapkan kata Blogger.

Gedung Bappenas, tempat Menteri Bambang bekerja setelah dilantik Presiden Joko Widodo pada 28 Juli 2016 (dokpri)

Bappenas Dulu dan Bappenas Kini

Dalam dialog yang dimoderatori Liviana Cherlisa Kompas TV, Menteri Bambang mengawalinya dengan sejarah Bappenas. Dulu pada tahun 1968 hingga 1990-an, menurutnya, Bappenas merupakan salah satu lembaga yang powerful di lingkungan pemerintahan.

Hal itu karena Indonesia sedang berusaha menata kembali pembangunan ekonomi setelah mengalami tingkat inflasi yang tinggi dan perekonomian yang tumbuh sangat rendah pada masa orde baru. Pemulihan tidak bisa dilakukan dengan normal dan memerlukan upaya luar biasa dengan pemimpin yang harus strong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline