Di hari kedua, yakni 5 Juni 2021 Yayasan Puri Kauhan Ubud kembali lanjutkan workshop secara daring serangkaian digelarnya perlombaan penulisan karya sastra Bali. Workshop di hari kedua ini fokus dengan tema sastra Bali Klasik yang dimoderatori kembali oleh ibu Teguh Mahasari.
Seperti biasa acara dibuka dengan sambutan oleh Ketua YPKU, bapak Ari Dwipayana. "workshop menulis sastra Bali ini bukan hanya untuk sekedar melaksanakan perlombaan saja, namun kita ingin memperkuat kemampuan para peserta dan masyarakat untuk bersastra dan peserta juga bisa menemukan ide di dalam masa pandemic melalui ikut kegiatan worksop ini", ucapnya dalam kegiatan workshop di hari kedua.
Era pandemi memang berdampak dahsyat bagi semua orang, terlebih lagi kepada generasi muda yang merasa bosan dan berhenti untuk berkarya. Namun, dengan adanya kegiatan semacam ini yang terbuka untuk umum diharapkan agar semua orang bisa membuka kembali pola pikirnya untuk kemajuan bersama dengan terus berkarya. (prwt'01)
Menteri perhubungan RI turut serta menghadiri acara ini secara daring dan memberikan sambutan untuk memotivasi para masyarakat Bali dalam berkarya sastra Bali. "Covid itu sangat dahsyat dampaknya, kalo hari ini ada workshop sastra klasik di Bali, saya sangat mengapresiasi Bali ya, saya suka berpakaian Bali, bahkan ketika sampai di Bali saya langsung ganti pakaian. Bali itu angat luar biasa, saya harap semua seniman dan sastrawan harus menguasai teknik membuat karya sastra yang benar. Workshop sastra Bali klasik ini yang dipimpin oleh Ari Dwipayana pastinya akan memberikan semangat kepada seluruh masyarakat untuk berkarya, Bali itu idola, tempat mendapat inspirasi, jadi melalui wokshop ini saya yakin akan memberikan inspirasi bagi semua seniman dan masyarakat di seluruh dunia." Tegas bapak Budi Karya Sumadi selaku menteri perhubungan RI yang sangat bangga dengan Bali.
Wokshop kali ini membahas tentang kasya sastra klasik yang dimana materi yang diberikan masih terkait dengan perlombaan seperti menulis geguritan atau dengan istilah Balinya adalah Ngawi Geguritan. Sastra klasik adalah sastra lama atau tradisional yang tercipta dan berkembang sebelum masuknya unsure modern. Drs. Dewa Gede Windu Sanjaya, M.Hum selaku pemateri menyatakan bahwa "intinya fokus dengan bahasa sastra dalam penulisan sastra, karena ini adalah warisan leluhur yang abadi. Mengapa kita harus menulis sastra? Ya karna tulisan sastra ini adalah warisan kebudayaan yang harus dilestarikan, belajar cara karang mengarang, menulis sastra adalah bentuk kepedulian untuk melestarikan warisan tradisional." Ucapnya.
Menulis adalah ungkapan dari perasaan manusia yang bisa dituangkan ke dalam bentuk sastra. Tulisan adalah sastra warisan kebudayaan yang dimiliki setiap daerah yang berbeda. Dengan melestarikan budaya tradisional yang diberikan oleh leluhur terdahulu, maka sejarah tulisan tidak akan pernah hilang walaupun kemodernan sastra sudah semakin berkembang. (prwt'01"
Ria Parwati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H