Kesimpulan dan Refleksi Pengetahuan dan Pengalaman Baru dari Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Sebelum menjadi CGP dan sebelum saya mempelajari modul 1 tentang filosofi pendidikan menurut Ki hajar Dewantara, saya menganggap bahwa peserta didik di kelas saya adalah objek dimana seorang peserta didik harus mengikuti aturan yang diberikan oleh saya sebagai guru dan tanpa saya sadari telah menerapkan "Teacher Center" karena bagi saya bahwa pembelajaran harus berpusat pada guru selama proses pembelajaran di dalam kelas agar tercipta pembelajaran yang efektif. Semua materi yang saya berikan harus dapat terserap oleh semua peserta didik dengan cara yang sama tanpa mempertimbangkan siswa yang mungkin mengalami kesulitan pemahaman. Semua harus mencapai target yang sama dengan cara yang sama pula.
Terkadang saya kurang memperhatikan potensi, bakat, minat dan cara belajar yang menyenangkan peserta didik di kelas. Saya terlalu semangat untuk menyampaikan materi dengan harapan agar peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan dan tugas yang dikerjakan selesai tepat waktu. Tanpa saya sadari saat mengajar masih sering menggunakan metode ceramah (kurang diskusi) sehingga ruang kolaborasi peserta didik menjadi sedikit dan saya menjadi capek sendiri.
Setelah mempelajari Filosofi Ki Hajar Dewantara, banyak hal baru yang saya membuat saya paham, diantaranya yaitu saya menjadi lebih mengenal dan memahami dasar filosofis pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa "Pendidikan harus Berpusat atau Berpihak pada Anak".
Ki Hadjar Dewantara mengingatkan Pamong bahwa pendidikan anak sejatinya menuntun anak mencapai kekuatan kodrat anak yakni sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Saya mulai menerapkan student center, dimana saya mencoba memberikan kerangka besar materi kemudian saya memberikan siswa kesempatan untuk bereksplorasi melalui projek dan menyampaikan pendapatnya dengan berdiferensiasi.
Pembelajaran Berdiferensiasi sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara "Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat." Pendidikan adalah "Tuntunan" dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak agar mereka dapat hidup dan tumbuh menurut kodratnya.
Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan pendidik bahwa dalam menuntun atau membimbing peserta didik harus tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada. Generasi sekarang adalah generasi memiliki ketrampilan abad 21.
Dengan adanya pelatihan calon guru penggerak banyak sekali perubahan diri yang saya alami. Saya kembali melakukan refleksi dan evaluasi cara belajar saya bersama peserta didik. Saya mendapat gagasan untuk mempelajari lagi teknologi khususnya dalam mengirimkan tugas-tugasnya yang bisa dikirimkan dengan berbagai model LMS, model pengiriman tugas dengan berbagai tantangan seperti artikel, ilustrasi, artikel dalam blog, grafik, video , presentasi infografis, , dan rekaman audio lainnya.
Pembelajaran di SMP N 3 Tanjungpandan Dalam Konteks Lokal Sosio Kultural
DI SMP Negeri 3 Tanjungpandan telah menerapakan pembiasaan baik berupa 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun). Setiap pagi kami bapak ibu guru yang terbagi dalam regu piket menyambut anak didik datang didepan sekolah sembari menerapkan 5S. Dalam konteks sosial kultural sebagi contoh kebiasaan Kerja sama dan tolong menolong, merupakan contoh konkrit yang bisa kita terapkan di sekolah.