Lihat ke Halaman Asli

Rian Saputra

Rian S Kompasiana

Turun

Diperbarui: 18 April 2020   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Mencoba me-review apa saja yg lagi hangat jadi pembicaraan saat ini, saya menemukan satu kata yang sering saya dengar, yaitu 'turun'. Ya, kata yg satu ini menjadi suatu kata yg cukup fenomenal bagi saya. Kata ini mewakili keinginan orang banyak pada 'sesuatu' atau 'seseorang' yang sudah cukup lama berada di 'tempat yg tinggi' agar segera turun karena merasa seseorang itu ketika berada di atas, terlalu sering 'menginjak-injak' orang-orang yg di bawahnya, atau mengacuhkan sama sekali suara-suara yg berasal dari bawah. 

Kata 'turun' sudah cukup sering saya dengar di televisi, terutama di tayangan berita tentang hiruk-pikuk dan kerusuhan yg terjadi di beberapa negara di Afrika utara ataupun negara Arab. Sebut saja Tunisia, Mesir, Libya, Yaman, dan lain-lain. Suara-suara bahkan teriakan yg sangat keras yg berasal dari bawah kepada penguasa lalim. Tak ketinggalan di Indonesia pun, kata turun ikut menggema di udara, dalam berbagai bentuk seperti tayangan di televisi dan video di media online. 

Mungkin ini bisa jadi pelajaran. Bila kita berada di tempat yg tinggi, jangan sampai mengabaikan suara-suara yg berasal dari bawah. Apalagi, kalau berada di tempat yg sudah terlalu tinggi, itu membuat kita sulit untuk mendengar suara dari bawah. Suara itu hanya bisa didengar jika sudah dalam bentuk teriakan atau pekikan yg melengking.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline