Lihat ke Halaman Asli

Rianna Fuji Lestari

Mahasiswi S1 Kimia UPI

Koloid Perak: Revolusi dalam Penyaringan Air Minum dan Perang Melawan Kanker Usus Besar

Diperbarui: 8 Januari 2025   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Krisis Air Minum di Dunia (Sumber: https://www.dw.com/id/unicef-dunia-alami-krisis-air-minum-dan-sanitasi/a-65065562)

Tahukah Anda bahwa lebih dari 2 miliar orang di dunia masih kekurangan akses ke air minum yang bersih? Bahkan menurut UNICEF (2023), setiap menit ada saja seorang anak yang meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh air tercemar.

Namun, sebuah inovasi nanoteknologi sederhana, yaitu koloid perak, dapat mengubah kenyataan suram ini.Tidak hanya mampu membersihkan air minum dengan efektif, penelitian terbaru menunjukkan bahwa partikel kecil ini juga memiiki potensi luar biasa dalam terapi kanker.

Apa Itu Koloid Perak?

Koloid perak adalah suspensi partikel kecil perak dengan ukuran antara 2 hingga 500 nanometer yang tersebar dalam cairan, melayang di dalam air seperti debu halus di udara. Suspensi ini telah digunakan sejak lama, terutama sebagai agen antimikroba untuk mengobati luka dan melapisi alat medis. Kini, koloid perak mengambil peran baru sebagai pelopor dalam penyaringan air dan aplikasi medis modern.

Secara kimiawi, koloid perak adalah sistem di mana partikel perak tersebar merata dalam cairan. Keunggulan utamanya terletak pada sifat antimikroba yang luar biasa, membuatnya efektif untuk membunuh bakteri dan protozoa yang menjadi penyebab penyakit.

Bagaimana Koloid Perak Bekerja?

Saat digunakan dalam filter keramik, koloid perak bertindak sebagai pelindung ganda. Pertama, ia memastikan bakteri dan protozoa terperangkap di pori-pori filter. Kedua, koloid perak secara aktif menghambat pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Hal ini membuat filter tetap higenis dan tahan lama, bahkan di lingkungan yang paling menantang.

Studi dari Rivera et al (2020) mengungkapkan bahwa teknologi ini tidak hanya mampu menyaring bakteri secara efektif tetapi juga meningkatkan kualitas air secara keseluruhan melalui proses adsorpsi. Dengan mengkombinasikan penyaringan keramik berlapis koloid perak dengan karbon aktif granular dan zeolit (CSF + GAC-Z) serta memanfaatkan proses adsorpsi sehingga tidak hanya menyaring kotoran dalam air, tetapi juga dapat mengurangi polutan kimia, membuat air lebih aman untuk diminum. Filter ini dapat secara signifikan mengurangi risiko infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen, seperti Escherichia coli dan Sakmonella spp. Dengan cara ini, maka filter keramik mampu mencapai efesiensi hingga 99,98% dalam menghilangkan bakteri bawaan air. Keberhasilan ini menunjukkan potensi besar untuk diterapkan dalam penyediaan air lebih minum di daerah rawan bencana atau dengan akses terbatas ke air bersih.

(A) Filter pot keramik berlapis koloid perak (CSF). (B) Filter pot keramik berlapis perak dengan pasca-filter (CSF+GAC-Z) (Sumber: Rivera et al, 2020)

Selain itu, studi Zein et al (2020) yang menggunakan ekstrak daun Eucalyptus Camaldulensis telah menunjukkan bahwa nanopartikel perak mampu melawan sel kanker usus besar (Caco-2). Dalam penelitian ini, nanopartikel perak bekerja dengan cara menghasilkan zat reaktif yang disebut spesies oksigen reaktif (ROS). Zat ini menyerang sel kanker dengan merusak struktur dalam sel, seperti membran dan DNA. Selain itu, nanopartikel ini juga memicu apoptosis, yaitu proses di mana sel “bunuh diri” secara alami ketika mendeteksi kerusakan yang tidak bisa diperbaiki. Dengan cara ini, nanopartikel perak dapat membunuh sel kanker usus besar (Caco-2) tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Penemuan ini memberikan harapan untuk terapi kanker usus besar (Caco-2) yang lebih aman dan efektif di masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline