Lihat ke Halaman Asli

Nyantri di Eropa

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Rian Hidayat Abi El-Bantany

***

Kini aku di Istanbul-Turki. Kata ‘Santri Eropa’ kusematkan dalam diriku sebagai ‘santri’ yang berdomisili di Eropa, menempuh study pada ‘kyai’ kehidupan. Mendalami Bahasa Turki dan Budaya Islam masa lalu di negeri yang pernah menjadi pusat Kekhalifahan Usmani.

Saudaraku, perjalananku hingga menginjakkan kaki di bumi Fatih Sultan Mehmet benar-benar bagian dari keajaiban hidupku. Saat itu, Desember 2009, hari dimana aku mengalami perubahan besar dalam hidupku. Dimulai saat mengikuti Training NLP di Tangerang Selatan. Proses mengikuti training inipun awalnya bukan niat karena ingin mengikutinya, tapi secara kebetulan seorang teman yang akan mengikuti training ini, mengundang bertemu untuk membicarakan publikasi out bound di tempat training. Saat itu aku masih menjabat sebagai supervisor di sebuah yayasan.

Di saat pertemuan itu, temanku memaksa agar aku ikut training ini, katanya luar biasa. Dengan beberapa pertimbangan, akupun ikut training ini selama tiga hari. Sesi training inilah yang membuatku semakin kuat menjalani hidup, berani menatap masa depan dan semakin berpikir global.

Sesi yang kumaksudkan itu adalah proses meraih mimpi dengan men-sett pikiran dengan berpositif feeling and thinking kepada Allah, bahwa Allah akan memeluk setiap hamba yang berdoa dan berani bermimpi untuk menggapai sesuatu.

Pikiran kami dirakit dari berpikiran kepada sesuatu hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Awalnya, aku berpikir tidak mungkin sebilah keramik keras bisa dihancurkan hanya oleh bola bohlam yang tipis. Saat kujatuhkan bohlam itu dengan penuh keyakinan, bohlam itu tidak pecah, tetap utuh seperti sedia kala setelah dijatuhkan dari ketinggian badan orang dewasa, dan keramiknyalah yang pecah berkeping-keping. Sesi yang merubah pemikiran bahwa kekuatan pikiran mampu merubah hal yang menurut orang lain tidak mungkin menjadi mungkin. Bukan magic tapi fokus pada kekuatan pikiran.

Kemudian setelah kami yakin bahwa kekuatan fokus dan pikiran terhadap sesuatu objek, akan menjadikan objek itu bisa dicapai, bi idznillah. Lalu master trainer kami, meminta kami menggambar mimpi, mimpi-mimpi 17 peserta training yang akan dicapai dimasa mendatang. Gambarnya bebas sesuai imajinasi, yang penting menggambarkan proses meraih mimpi.

Saat proses menggambar itu, aku masih kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta semester akhir, sedang menyusun skripsi. Kugambar sebuah tangga yang menjulang ke langit, ujungnya menempel ke awan dilangit sana… tangga itu kuberi warna merah sebagai tanda hidup harus semangat. Dan awannya berwarna kuning keemasan, sebagai tanda puncak kesuksesan. Dengan penuh keyakinan kepada Allah SWT, aku tuliskan beberapa mimpi yang ingin kucapai, diantaranya: Wisuda, Menerbitkan Buku Sebelum Wisuda, Kuliah di Kampus Gratis Kahfi Al-Karim Setelah Wisuda, Kuliah ke Luar Negeri, Menjadi Guru Profesional, Menjadi Pengusaha di Banten dan Jakarta, dan Menjadi Gubernur Banten 2025.

Setelah semua orang menggambar dan mempresentasikan mimpinya, master trainer kami memberikan dua pesan dahsyat yang masih kugenggam sampai sekarang, yaitu: “FOKUS TETAP, STRATEGI BOLEH BERUBAH.” Dan “JIKA TIDAK ADA JALAN, MAKA BUAT JALAN SENDIRI.” Kalimat ini masih kugenggam dan kuinterpretasikan hidayah ini sampai sekarang, ya… sampai sekarang, sampai kini aku telah berhasil menggapai mimpi keempat, dan terus berproses menggapai mimpi-mimpiku selanjutnya.

Mimpi wisuda tahun 2010 adalah mimpi pertama yang kugoreskan, dan kujabarkan dalam beberapa aksi yang mendukung proses menuju wisuda, meski dengan berbagai tantangan yang ada. Salah satu yang paling berkesan dalam mimpiku adalah menerbitkan buku sebelum proses wisuda, mimpi terkuat yang pernah kualami hingga aku berumur 24 kini. Ku add beberapa penerbit dan organisasi kepenulisan di jejaring sosial, berkomunikasi dengan mereka, bertanya tanpa malu, kubaca buku-buku kepenulisan, lalu akhirnya TIGA buah buku, terbit SEMINGGU sebelum aku memakai toga, oleh sebuah penerbit di Jogja, dari lima naskah yang kutawarkan. Aku memang menyenangi dunia menulis sejak 2007, namun belum ada buku yang terbit. FOKUS TETAP, STRATEGI BOLEH BERUBAH, telah merubah segalanya.

Mimpi selanjutnya adalah kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Kahfi Al-Karim yang orang bilang untuk masuk kampus berkualitas namun gratis itu sangat susah. Seleksinya berat, bukan hanya seleksi akademik, tapi banyak seleksi tak terduga dari para seniornya. Lagi-lagi, aku tak peduli dengan suara sumbang yang melemahkan, aku yakin pada Allah, berpositif thinking and feeling, bahwa dengan yakin pada-Nya, tidak ada yang tidak mungkin, dan akhirnya aku diterima kuliah di kampus ini.

Setelah mimpi itu terwujud, aku terus berproses. Kuliah di kampus Kahfi ini tidak selesai karena aku ‘tergoda’ dengan mimpi selanjutnya yang telah terwujud, yakni menginjakkan kaki di bumi Allah yang lain, luar negeri. Turki. Aku berhasil mendapat beasiswa belajar satu tahun ke Turki. Meski tidak sesuai dengan rencana awal untuk S2, tapi kalimat ‘menginjakkan kaki di bumi Allah yang lain’ telah berhasil kurealisasikan. Bagaimana aku bisa mendapat beasiswa itu, lagi-lagi FOKUS TETAP, STRATEGI BOLEH BERUBAH, aku berusaha mencari info sebanyak mungkin tentang Turki, mendatangi Kedubes Turki di Jakarta, dengan bahasa Inggris yang kurang fasih aku berkomunikasi dengan pihak kedubes, lalu ‘GAGAL’. Lantas menyerah? Tidak kawan, aku terus mencari sumber-sumber informasi beasiswa yang bisa memberangkatkan aku ke LN, hingga akhirnya, kini aku berlabuh di Istanbul.

Jika kawan lihat laptopku, kalian akan menemukan banyak gambar negeri-negeri yang ingin kukunjungi selanjutnya: Arab Saudi (Mekkah dan Madinah), Mesir, Prancis, Jerman, Rusia, Amerika, Jepang, China, India dan Australia. Negeri-negeri ini memikat perhatianku.

Allah Maha Besar! Maha Pengabul Doa bagi hamba-Nya yang benar-benar berdoa. Aku belum berhenti bermimpi kawan....

“FOKUS TETAP, STRATEGI BOLEH BERUBAH. Kan kugenggam hidayah ini erat-erat selamanya”

Istanbul

Pkl 08.16 waktu Turki.

Di Pagi Hari Saat Musim Semi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline