Lihat ke Halaman Asli

Arie Riandry

Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama

Tak Seharusnya Kau Datang

Diperbarui: 11 Agustus 2020   12:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar lifestyle-bisnis.com


Kepada tangan-tangan tak bertuan, bahumu sedikit kupinjam, sebagai alasan untuk sebuah empati, yang melukai dasar hati lebih dalam.

Pecut aku dengan kalimat yang lihai, lalu mainkan peranan di atas mata sajak gigil yang menua oleh zaman akibat kebodohan.

Kembali menulis di ujung harapan akan keringat dingin dan sebutan uang. Belasungkawa tangis, gemeretak santun tanah Maharani.

Di mana kebebasan dari sebuah kehilangan, adalah kesakitan terpanjang, rintihan teraneh bersayap sembilu, darah ungu dan lugasnya kata, memukul-mukul sendi hingga hancur dan uar pada kekuatan udara jenuh.

Ya kau! Kubu kami mati karam. Tetapi, senyuman puas kembali mengalirkan semburat darah.

Kisah ini berakhir begitu terlambat, alam lihatlah aku kembali pulang. Katakanlah selamat jalan, sebelum udara menghitung waktu.

Karawang, 11 Agustus 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline