Lihat ke Halaman Asli

Rianda Adilla

Mahasiswa

Teori Kepribadian Belajar Sosial dari Julian Rotter

Diperbarui: 17 Desember 2023   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Biografi Julian Rotter

Julian Rotter lahir pada tahun 1916 di Brooklyn, New York. Putra dari seorang imigran Yahudi yang sukses, dengan masa kanak-kanan yang dipenuhi dengan kenyamanan. Selama masa depresi yang hebat, bagaimanapun bisnis keluarganya gagal dan beberapa tahun kemudian keluarga Rotter terus berjuang untuk membangun kembali usaha mereka. Pada masa inilah, perjuangan Rotter dipengaruhi oleh rasa keadilan sosial yang mendalam, serta ketertarikan yang muncul dalam diri akibat dari berbagai situasi lingkungan yang dialaminya. Rotter, pada masa kecilnya ia merupakan seorang anak yang gemar membaca novel dan buku-buku Psikologi dan merasa tertarik pada beberapa hasil karya dari Freud dan Adler. Selama duduk di bangku sekolah menengah atas, Rotter menginterpretasikan mimpi-mimpi orang lain dan membuat tulisan berdasarkan karya dari Freud yaitu Freud's Psychopathology of Everday Life. Rotter diterima di Brooklyn College, namun ia memilih ilmu kimia bukan Psikologi, karena dianggap lebih memberikan peluang karir yang menjanjikan. Ketika lulus dari Brooklyn College, pada kenyataannya Rotter lebih diakui dalam bidang Psikologi dibandingkan dengan ilmu kimia yang dipilih sebagai jurusannya (Hanifah, 2016). 

Rotter memperoleh gelar master di Universitas Iowa pada tahun 1938 dan memilih praktek klinis di Worcester State Hospital di Massachusetts. Selanjutnya, Rotter memperoleh gelar doktor dalam bidang Psikologi Klinis pada tahun 1941 dari Universitas Indiana. Semasa Rotter berada di Ohio State University, ia mengembangkan ide-ide pada teori pembelajaran sosial. Rotter dan George Kelly
merupakan dua anggota Departemen Psikologi yang terkemuka, mereka memiliki pengaruh yang kuat dalam bidang teori pembelajaran kognitif dan sosial. Rotter telah menarik perhatian banyak lulusan mahasiswa yang cerdas, termasuk salah satunya adalah Walter Mischel. Julian Rotter berhak menerima pengakuan minimal seperti halnya Albert Bandura yang telah membuat teori pembelajaran sosial (sosial learning theory). Rotter selalu fokus pada aspek kognitif dalam pembelajaran sosial,dimana Bandura mempertimbangkan aspek tersebut pada karir selanjutnya (Hanifah, 2016). 

Baru-baru ini teorinya telah membantu mendefinisikan harapan umum yang dimiliki orang-orang tentang kemampuan mereka mengendalikan suasana hati yang tidak menyenangkan yang memprediksi bagaimana mereka mengatasi kejadiankejadian menyedihkan dan dampaknya dalam hal suasana hati dan kesehatan (Engler, 2014).

Teori Belajar Sosial Rotter

1. Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang berarti untuknya.
2. Kepribadian manusia bersifat dipelajari.
3. Kepribadian mempunyai kesatuan mendasar.
4. Motivasi terarah berdasarkan tujuan.
5. Manusia mampu untuk mengantisipasi kejadian.

Julian Rotter "Perilaku manusia dalam situasi yang spesifik adalah fungsi dari ekspetasi mereka atas penguatan dan kekuatan dari kebutuhan yang terpuaskan oleh penguatan tersebut."

Prediksi Perilaku Manusia:

1. Potensi Behavior yaitu seberapa besar kemungkinan suatu perilaku akan muncul dalam situasi tertentu.

  • Potensi perilaku dipengaruhi oleh faktor eksternal (stimulus) dan faktor internal (persepsi kita terhadap situasi).
  • Individu lebih memilih suatu perilaku daripada perilaku lain karena adanya kesan subjektif individu.

2. Ekspetasi (Harapan) yaitu berperilaku secara khusus pada situasi yang diberikan dan diikuti oleh penguatan yang telah diprediksi.

Dipengaruhi oleh:

Dari pemberian reinforcement masalalu untuk perilaku-perilaku yang terjadi pada situsi-situasi pada masalalu. Apakah reinforcement ini terjadi kemarin atau satu tahun yang lalu? apakah orang-orang diberi reinforcement selalu atau hanya sekali-kali ketika perilaku tersebut terjadi? bagaimana model pemberian reinforcement? Hal-hal tersebut yang membuat harapan dipengaruhi oleh sejarah reinforcement kita yang kita dapatkan di masalalu.

Faktor lain yang mempengaruhi ekspetasi adalah luasnya generalisasi dari situasi-situasi penguatan yang sama (tetapi tidak serupa). Apakah urutan tingkatan perilaku yang akan dilalui dan reinforcement mempengaruhi situasi yang lain. Generalisasi pengharapan adalah sesuatu yang sangat penting ketika kita menghadapi situasi yang baru. Bagaimana kita dapat memprediksi apakah perilaku kita akan mempengaruhi pemberian reinforcement jika kita belum pernah mengalami situasi itu sebelumnya. Kita hanya dapat mengatur harapan kita sesuai dengan apa yang telah terjadi pada kita pada waktu yang lalu pada situasi yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline