"Cerdas, Berwibawa, dan Humoris: Dilema Seorang Guru Muda"
Pagi tadi, saat membuka platform Kompasiana, mataku tertuju pada sebuah komentar dari salah satu pembaca setia. Sebut saja namanya Mas Ashari, seorang guru muda juga yang penuh semangat.
Ia menulis, "Bu Sriariti, saya selalu kagum dengan cara Ibu menulis tentang pendidikan. Kalau humor dalam kelas gimana? Satu pertanyaan itu yang selalu membuat saya penasaran, Bu, bisakah seorang guru yang cerdas dan berwibawa itu juga harus humoris?"
Mas Ashari melanjutkan dengan gaya tulisan yang ringan tapi serius, seolah mencari jawaban dari pengalaman. "Kadang-kadang, saya merasa siswa lebih menghormati guru yang 'serius'. Tapi di sisi lain, saya lihat guru humoris juga membuat suasana kelas lebih hidup.
"Saya sendiri suka guru yang humoris. Jadi, bagaimana caranya menjadi guru yang cerdas, berwibawa, tapi tetap bisa melontarkan humor yang pas?"
Komentar itu membuatku tersenyum dan berpikir. Sebagai seorang guru, mungkin Mas Ashari tak sendiri dalam kebimbangannya ini. Di tengah tuntutan pendidikan yang semakin kompleks, pertanyaannya terasa sangat relevan:
Bisakah kecerdasan dan kewibawaan berjalan beriringan dengan humor?
Guru atau Murid, Siapa yang Harus Humoris?
Humor dalam dunia pendidikan bisa jadi bumbu yang mengubah suasana kelas. Humor menghidupkan pembelajaran. Humor pun menjalin ikatan yang lebih kuat antara guru dan muridnya.
Namun, muncul pertanyaan menarik: siapa sebenarnya yang harus humoris di ruang kelas, guru atau murid? Mari kita bahas Mas Ari!
1. Peran Guru Sebagai Pencipta Suasana
Guru memiliki peran penting dalam membentuk atmosfer kelas. Mengajar bukan hanya soal materi, tetapi juga soal bagaimana menyampaikannya dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Humor salah satu alat ampuh untuk mencairkan ketegangan, terutama dalam mata pelajaran yang dianggap "menakutkan" seperti matematika dan fisika. Ketika guru bisa menyelipkan humor, suasana menjadi lebih santai, sehingga murid pun merasa lebih nyaman untuk berpartisipasi.