Pagi: Adi dan Buku Bacaannya
Pagi itu, Adi duduk di bangku taman sambil memegang buku yang sudah lama ingin ia baca. Sejak pagi, ia sudah menyiapkan kopi, menyetel musik yang lembut, dan memilih taman yang tenang untuk menikmati buku barunya.
Halaman demi halaman ia lewati, tapi alih-alih menikmatinya, pikirannya justru mulai melayang. Kata-kata di halaman buku seolah hanya melintas. Kata itu tak benar-benar singgah di ingatannya.
Adi mengerjapkan mata, mencoba kembali fokus tetap saja suara burung di pohon, langkah orang-orang yang lewat, hingga ingatan akan pekerjaan yang belum selesai perlahan mencuri perhatiannya.
Ia meremas pelan sampul bukunya. Ia mencoba meresapi kembali cerita yang ada di depan mata.
"Apa yang salah?" gumamnya pelan.
Sejak kecil, membaca adalah pelariannya. Buku-buku pernah membawanya ke dunia-dunia yang tidak pernah ia lihat. Namun, semakin dewasa, semakin sulit baginya menemukan kenyamanan seperti dulu.
Pikiran yang mengembara terus membayangi hingga sulit baginya menikmati setiap kalimat. Ia pun melayangkan pandangan ke segala arah. Seorang nenek duduk di bangku sebelahnya. Nenek itu tersenyum melihat kebingungannya.
"Nak, kamu terlihat begitu serius," ucapnya tiba-tiba.
Adi tersenyum canggung. "Ah, saya sedang berusaha fokus membaca, tapi sulit sekali..."