Selamat ulang tahun Kompasiana. Makin sukses ya. Izinkan aku di HBD 16-mu ini menulis "Inilah Dampak Kompasiana Bagiku sebagai Seorang Guru yang Menulis di Platform ini. Dampakmu yang membantuku dalam menangani Generasi Z.
"Keren ibuk ya. Punya Kompasiana." Begitulah komentar anak muridku hari itu ketika aku menyuruh mereka memposting Peta Konsep Hidup Mereka di Platform ini. Itu tugas perdana mereka.
"Hah... !" Jawabku kaget sambil membelalakkan mata kepada mereka. "Bukan Nak! Itu bukan punya Bu YUSRIANA." Jelasku.
"Kompasiana-YUSRIANA!" Tantang mereka lagi.
'Idih... benarkah kata temanku? Generasi Z, generasi Zonk? Apa mereka tak baca bahwa Kompasiana itu milik KOMPAS. Jangan-jangan mereka tak kenal KOMPAS?' Bisik-bisik di hatiku.
Akupun membuka platform itu. Akupun menjelaskan bahwa Kompasiana adalah platform blog dan media sosial yang dikelola oleh Kompas Gramedia berpusat di Jakarta. Di sini pengguna bisa menulis dan berbagi opini, artikel, atau cerita.
Kompasiana didirikan pada tahun 2008 dan memungkinkan siapa saja untuk menjadi "jurnalis warga" dengan mempublikasikan konten mereka secara bebas. Selain itu, Kompasiana juga sering dijadikan tempat berdiskusi tentang isu-isu terkini di Indonesia, dari politik, sosial, budaya, hingga gaya hidup.
Aku tunjukkan siapa saja yang menulis di plat ini.. Ada Mb Hennie, dari Jerman, Pak Tjip dan Bunda Roselina dari Australia, Irwan Rinaldi dari Jakarta, Bams dari ITS, Mb Ika Ayra, Mb Isti dari Jogja.
Ya. Aku ingin mereka muridku bersemangat menulis. Bangga bisa nulis di platform ini. Level internasional, gratis, dan bila sukses dapat Gopay, infinity, dan kita bebas nulis apa saja asal sesuai peraturan Kompasiana.
Namun, Generasi Z ini menyisakan tanya: Apakah Generasi Z, benar Generasi Zonk, Generasi Suka Kekerasankah, atau Generasi Tak Berkarakter?