Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

(Cerpen)"Bun, Aku Makan dengan Rendang,Ya!"

Diperbarui: 3 Oktober 2024   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rendang Padang: foto dokpri

Rendang Tanda Sayang Ibu dan Anak

Hujan rinai mengguyur Pasar  Padang Panjng. Akupun menambah kecepatan laju sepeda motorku. Tujuanku menjemput rendang yang sudah kupesan tadi pagi kepada teler rumah makan Tongga Piaman.

Aku sampai di restoran Tongga Piaman. Hujan rinai ini menambah damai siang ini. Ya memang beginilah cuaca kota ini. Kadang hujan lebat, sedang, dan rinai seperti saat ini. Tak heran pula bila disertai angin kencang. Dingin-dingin sejuk jadinya.

Untung aku selalu memakai baju dua lapis. Meski rinai dan angin kencang tak dingin. Juga tak menyurutkan  niatku untuk menjemput rendang pesananku. Rendang di Resto ini memang terbaik di kotaku.

"Maaf, Bu Sri, rendang pesanan Ibu belum disiapkan. Kami lupa tadi. Bisa siap untuk besok lagi." Nampak wajah pelayan itu memelas.

Wajahku mengernyit seketika. Untung ini masih siang. Masih siang, masih ada waktu untuk memasak sendiri. Kalau sudah terlalu sore tentu untuk makan malam lagi. Duh, Rara pasti sudah menunggu di rumah.

Dengan berat hati, aku memutuskan pulang tanpa rendang. Aku memutuskan masak dengan Rara saja rendangnya di rumah. Kasihan Rara bila hari ini tak jadi makan rendang.

Akupun melajukan motorku ke kios daging Menan. Ia menyambutku ceria. 

"A buek lai?" Tanya beliau. (Masak apa lagi?)

"Itulah Da. Pesan rendang tadi tapi tak dapat. Bikin rendang aja, Da (Kak). Satu kilo yang lunak!" Jawabku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline