Hubungan Anak dan Orangtua Renggang: Apa Mungkin karena Perbedaan Generasi?
Hal itu lagi topik hangat saat ini. Ya, hubungan antara orangtua dan anak renggang, semakin renggang, bahkan sangat renggang.
Hal itupun dikaitkan dengan perbedaan generasi. Banyak di antara pengamat psikologi anak beranggapan bahwa jurang generasi itu menyebabkan anak dan orangtua tak saling memahami.
Namun, hal ini masih menimbulkan tanda tanya. Benarkah kerenggangan itu murni disebabkan perbedaan zaman atau ada faktor lain yang lebih spesifik?
Perbedaan Generasi: Penghalangkah atau Peluang?
Perbedaan generasi antara orangtua dan gen Z-Alfa dalam konteks teknologi, nilai sosial, dan gaya hidup, memang sering kali menjadi pemicu ketegangan. Ketegangan antara orangtua, anak, bahkan saya guru mereka.
Generasi lebih tua, tak sepenuhnya memahami dunia digital yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak mereka. Sementara itu, anak-anak merasa bahwa cara pandang orangtua terhadap dunia terlalu kaku dan kuno.
Demikian juga saya selaku guru Bahasa Indonesia mereka. Bila saya mendapati pesan seperti ini, "Buk, apakah anak saya Amim harus tiap hari memakai HP dalam belajar?"
Waduh, pusing juga saya mau jawab. Jujur, saya memang menyuruh anak bikin tugas mereka di HP. "Angsur satu paragraf per hari ya, Nak!"
Saya jadi mikir, sesulit itukah menemani buah hati mereka dalam menulis satu paragraf di HP? Maksud saya, sesudah putra-putri mereka mengetik satu paragraf, ayo simpan lagi HP-nya sesudah dikirim kepada saya gurunya. Harmonisasi orangtua-anak dalam tanda tanya saya. He he he.