"Jeni. Maafkan aku. Aku tak bisa menikah denganmu." Pram mempertemukan sepuluh jarinya di dada. Tak lupa disertai ekspresi memelas dan memohon.
Sontak Jeni kaget atas permohonan kekasihnya Pramestio. Biasa ia panggil Pram karena usia mereka sama. "Bukankah kita akan menemui keluargamu di kampung, Pram?"
"Tak jadi Jeni. Aku harus segera ke Aceh. Aku mendadak dapat panggilan kerja di sana. Kamupun harus tahu Jeni, aku impoten." Jelas Pram.
Hahhhh...Jeni kala itu terjengit. Ia cuma bisa menganga. 'Benarkah ia impoten?' Benak Jeni.
"Wislah Pram. Tak apa. Toh, kita berpacaran secara sehat. Kita takkan rugi meskipun hubungan ini kandas." Tatap Jeni kala itu. Ia pun melangkah meninggalkan Pram. Meskipun beribu tanya muncul di benak Jeni. Namun, hati dan kepercayaannya kepada Pram retak sudah.*
Beberapa tahun kemudian. Kala pagi menjelang, Jeni pun sedang bergegas menyiapkan peralatan dan perangkatnya mengajar hari ini, Senin. Tiba-tiba Pram mengirim pesan SMS kala itu ke nomor Jeni.
"Jeni. Tonton TV. Aceh Tsunami. Tapi mujur aku selamat. Aku salah satu warga yang berlindung di Masjid yang selamat itu, Jeni."
Meski SMS mantan. Jeni pagi itu cukup syok membacanya. Meskipun Pram telah memutuskannya, namun Pram tetap bersemayam di salah satu sudut hati Jeni. Walau menyisakan retak yang menimbulkan rasa sakit dan bersyukur Pram selamat.
Ia baru ingat, dulu Pram memutuskan hubungan karena mendapat panggilan kerja di Aceh dan impoten. Tak urung Jeni senyam-senyum mengingat itu. 'Apa benar sih Pram impoten?' Benak Jeni lagi. Ia pun menyuekin SMS Pram.
Pikiran Jeni tetap menerawang. Siapa tak kenal Gelombang tsunami yang menyapu pesisir Aceh dengan gempa dangkal berkekuatan M 9,3 di dasar Samudera Hindia. Gempa itu disebut ahli sebagai gempa terbesar ke-5 yang pernah ada dalam sejarah dunia.