Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Fiksi Humor Ramadhan, Capak Saudara Kembarku Bertaubat

Diperbarui: 12 April 2023   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto by Parapuan

"Aku sahur ya, Bunda!" Izin Nisa kala itu. Ia pun makan dengan lahapnya. Sepiring nasi putih, sebutir rendang telor, semangkok sayur toge, sepotong dada ayam, sepotong kecil tahu, dan tempe.

Bunyi capak ia makan terdengar. Cap cak cup cakh cakh... ramai sekali. Bunda membiarkan saja ia makan rame seperti itu. Bunda pasti takut menegur. Pernah Bunda berniat memperbaiki adab makan nisa. Ayah juga. Tapi mereka gagal.

Bila capak makannya ditegur, ia akan meninggalkan makanan itu. Bisa seminggu  ia ngambek bila ditegur. Akhirnya, aku, Bunda, dan ayah membiarkan saja. 

Nisa saudara kembarku. Ia cantik tapi perajuk. Ia baik asal jangan ditegur. Saat itu kami sudah SMP. Cara makan Nisa belum juga berubah. Biarkan saja kata Bunda. Nanti pasti ia akan kapok.

Benar saja. Suatu hari di sekolah, kami akan mengikuti lomba PIK-R. Kami dapat giliran baca puisi. Kami pun di latih seorang kakak. Kakak itu mahasiswa ISI. Rambutnya panjang. Untuk ukuranku, Kakak itu cowok jorok dan urakan. Mungkin karena aku tak suka cowok rambut panjang.

Aku suka cowok berambut pendek atau cepak. Beda dengan Nisa kembaranku. Ia suka rambut panjang. Macho katanya. Saat itu kebetulan bulan puasa. Karena sangat suka sama Kakak mahasiswa itu. Nisa tanpa sadar mengeluarkan roti dari dalam tasnya. Roti itu rencana buat buka.

Tanpa ingat lagi puasa, Nisa lanjut makan. Capaknya kembali terdengar. Ia asyik makan roti dan cemilan sambil memandangi si pe latih dari belakang.

" Suara apaan ini?" Tanya si Kakak.

Serempak semua mata melihat ke arah Nisa. "Nisa! Makan sendiri ya?"

Kakak itu mendekati Nisa. Ia pun duduk dan makan di dekat Nisa. Rabbi. Capak si Kakak itu lebih keras dari capak Nisa. Bahkan pakai hujan Rinai segala. Aku lihat wajah Nisa pias. Kepalanya diusahakan menjauh ke belakang. Guna menghindari hujan setempat dari mulut si Kakak itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline