Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Privilese Mempermudah Urusan tapi Jangan Flexing

Diperbarui: 16 Maret 2023   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto by kompasiana.com

Privilese tentu tak asing buat Anda dan saya. Istilah ini sudah ada sejak zaman dulu kala. Sejak zaman jadul. Hak istimewa sosial seseorang disebut privilese sosial. Pernahkah Anda mengalaminya?

Hak istimewa yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang saja. Namun, hak ini tak dimiliki pihak lainnya. Hak ini muncul berdasar hasil stratifikasi sosial di tengah masyarakat. Kadang kehadirannya sudah dimaklumi.

Hak yang menawarkan bahkan menjamin adanya perbedaan akses untuk memperoleh barang atau mendapatkan layanan yang sama di mana saja. Hak ini biasanya tak ada edukasi khusus. Datang dan dialami begitu saja.

Pernahkah Anda memperoleh Privilese? Saya pernah mendapatkan hak istimesa ini. Ketika berobat di puskesmas pembantu di kampung saya. Bila saya sakit, langsung saja saya ke puskesmas pembantu itu. Tanpa izin kepada dua orang tua saya.

Berobat di sana murah kata nenek dan tetangga saya. Cukup bawa uang 1500 rupiah. Kira-kira sekarang 15 ribuanlah ya.

Saya sebetulnya bawa uang untuk membayar berobat. Namun, ketika usai berobat mantri yang menangani bilang, "Tak usah bayar. Bawa saja, Nak."

Saat itu saya heran kok, kenapa tak bayar. Saya cuma bengong aja dengan uang di tangan kanan saya dan obat dihadapan saya. " Kok tak bayar, Udak?" (Paman). Tanya saya bingung.

"Kamu kan anak Abang...?" Tanya beliau kepada saya sambil menyebut nama ayah saya.  Sayapun mengangguk. Lalu mantri menyuruh saya pulang dan bawa pulang uangnya.

Sampai di rumah saya tanya kepada ayah saya, "Yah, udak mantari tak mau menerima uangnya." Ayah pun cerita karena beliau kepala desa maka mantari itu tak mau menerima bayaran. Sejak itu, saya setiap berobat gratis. He he he.

Demikian juga ketika saya mengikuti pemberkasan di sebuah kantor pemerintah. Nama saya dipanggil.  Lalu si Bapak memperkenalkan diri kepada kami. Beliau ternyata sahabat suami saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline