Ibu bila ramadhan menjelang, aku rindu dua lengan ibu tempat aku dan adik-adik nda berlabuh merasakan lembut detak jantung ibu di depan rumah menyapa kami dengan rayu senyum manismu dan untaian kata maaf lahir dan batin, kita akan berpuasa dengan sadar.
Ibu, rumah yang dirindu kini tidaklah sama rumah yang membuat aku dan adik-adik nda menjadi penghuninya yang kerasan oleh kasih sayang karena tangan ibu sudah lelah terkembang dan kini telah berlipat setelah detak lembut jantungmu tak bisa ramah.
Bayti jannati (rumahku adalah surgaku) gambaran akan rumah yang dirindu dulu sebuah tempat penuh kenangan selalu memberikan kesenangan lahir batin aku.
Fasilitas cintamu dengan desain kasih sayang, beraroma rindu, dan ekonomi damai, kesenangan batin kami beramai-ramai menerima limpahan aliran kasih sayang, percaya saling perhatian, saling sayang, menghormati saling.
Kini kepergian ibu ke rumah yang ibu rindu, meninggalkan aku dan adik-adik nda aku dalam merindu rumah yang dirindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H