Nasib seseorang rahasia ilahi. Apa yang akan kita alami hari ini memang tak bisa diprediksi apalagi ditebak. Dari rumah berangkat sehat walafiat. Namun, beberapa jam kemudian datanglah kabar duka, sudah tiada.
Seperti itulah para penonton yang tewas di malam nahas, kejadian Laga Arema FC vs Persebaya yang berjalan lancar dan mulus dari pukul 20.00 WIB dengan perolehan skors 3-2 untuk kemenangan Persebaya berakhir rusuh karena menajemen pengamanan yang tidak memadai.
Pertandingan yang awalnya damai dan tenang berubah seram dan menegangkan ketika suporter masuk lapangan usai laga sehingga aparat yang melakukan pengamanan malam itu harus mengerahkan empat unit barakuda untuk ofisial pemain Persebaya.
Jelang dinihari, 127 penontonpun menjadi korban pada Laga di Stadion Kanjuruhan Malang itu. Evakuasi korbanpun hampir sejam dini hari itu karena sempat ada drama penghadangan dari massa. Namun, atas kegigihan tim, evakuasi yang dipimpin Kapolres Malang berjalan lancar.
Begitu juga insiden desak-desakan pada Sabtu (29/10) malam waktu setempat di Distrik Itaewon, Seoul, ibu kota Korea Selatan. Insiden menimpa pada perayaan Halloween.
Insiden ini disinyalir, sebagian disebabkan manajemen kerumunan yang tidak memadai juga seperti di Kanjuruhan, Malang. Hal ini sesua dengan penuturan Perdana Menteri Korsel Han Duck-Soo, Selasa (1/11).
Manajemen kerumunan tidak memiliki dukungan institusional dan tidak ada upaya sistematis yang memadai di Korsel tutrnya ketika menyampaikan jumpa pers dengan para koresponden asing di Seoul.
Bahkan jika lebih banyakpun petugas polisi dikerahkan ke Itaewon, tetap akan ada keterbatasan dalam pengendalian kerumunan besar itu karena negara tersebut belum memiliki masalah regulasi yang memadai untuk manajemen kerumunan.
156 orang tewas dan 151 luka-luka pada insiden mematikan tersebut. Insiden kedua terkelam setelah tenggelamnya kapal feri yang menelan korban 304 orang. Sebagian besar siswa sekolah menengah atas (SMA), pada April 2014 lalu.
Kerumunan besar malam itu bergerak ke sebuah gang sempit menanjak dan kemudian saling tindih di distrik kehidupan malam yang populer di Seoul tersebut.