Di sebuah kota tak terlalu besar, hiduplah sepasang suami istri yang sangat bahagia. Mereka memiliki anak berkebutuhan khusus. Anaknya bernama Fhia.
Fhia gadis cantik yang ceria. Namun, ia tuli dan bisu Sejak kecil ia memakai alat pendengaran untuk mendengar. Meski tuli dan bisu ia tetap menjadi anak yang rajin.
Fhia bersekolah di SLB Ceria. Di sekolah itu, ia bertemu dengan teman yang juga berkebutuhan khusus. Tak kalah penting, ia bertemu dengan guru hebat bernama Bu Salma.
Para siswa menunggu pembelajaran dari guru. Mereka tidak sabar menunggu Bu Salma yang baik hati. Fhia juga.
" Selamat pagi anak-anak. " Ujar Bu Salma.
Bu Salma berkata lagi "Bagaimana kabarnya hari ini ? Semoga kita semua sehat selalu ya. "
" Baiklah, hari ini ibu akan mengajarkan kalian bagaimana cara menulis. " Ujar Bu Salma.
Bu Salma mengajar para muridnya dengan senang hati. Bu Salma sangat sabar dan tidak pernah mengeluh. Bu Salma sangat menyayangi mereka yang berkebutuhan khusus tersebut.
Semua sudah bisa memegang pensil. Bu Salma mengajarkan kepada mereka cara menulis. Sesudah pandai menulis huruf lalu cara membaca.
Bu Salma kemudian memperkenalkan angka dan mengajarkan mereka cara menulis angka. Pembelajaran diselingi tepuk tangan, berbagi senyum, dan tertawa.
Mereka sangat senang dengan kelas tersebut. Mereka belajar sungguh-sungguh dengan penuh suka cita.
Bu Salma mengamati perkembangan belajar mereka. Ia sangat tertarik kepada Fhia. Fhia sangat cepat belajar tentang apa yang diajarkan. Terutama matematika. Apalagi sejak kelas 4 dan 5. Minat Fhia akan matematika luar biasa.
Suatu hari, ada pengumuman dari pemerintah tentang lomba. Lomba bidang matematika antar sekolah. Fhia dipilih mengikuti lomba tersebut. Bu Salma ingin menjejal kehebatan Fhia berhitung meki tuli dan bisu.
Bu Salma mengutus Fhia untuk mengikuti lomba matematika karena hebat tadi. Bu Salma pun berbincang-bincang mengenai hal ini kepada orang tua Fhia. Mereka mendengar dengan bangga. Senang akan hal itu. SLB ceria mengutus Fhia.
Saat datang ke tempat perlombaan, mereka melihat banyak sekali peserts. Para siswa dari sekolah lain pun sangat antusias dengan lomba ini.
Fhia merasa gugup, tetapi Bu Salma meyakinkan kepadanya bahwa mereka pasti bisa. Mereka pun masuk ke ruangan lomba.
Para peserta diminta untuk duduk di tempat masing-masing yang telah disediakan. Fhia duduk di samping orang yang sekilas ia lihat berkecukupan. Fhia merasa tidak pantas untuk lomba itu.
" What !!? Si cacat ikut lomba ? " Kata salah seorang peserta dan ternyata Mela tetangga Fhia.
Dia berakata lagi " palingan dia kalah dari kita. "
" Dia kan nggak sempurna. " Ujarnya lagi.
Mendengar hal itu, Fhia merasa sedih. Mela memang tak mau berteman dengannya sejak tahu arti teman. Meski sedih, di sisi lain, Fhia juga merasa bahwa dia tidak boleh patah semangat meski cacat dan hina. Ia diam saja.