Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Tata Krama Dasar Perlu Diajarkan kepada Anak Sejak Dini

Diperbarui: 12 Oktober 2022   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lunturnya tata krama anak, PR guru dan orangtua:kompas.com

Tata krama tentu tak asing di telinga baik Anda selaku guru maupun orang tua. Tata krama salah satu hal penting untuk dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain. Baik dengan guru, orang tua, teman, kakak, atau adik.

Tata krama ada agar kita dapat mengahargai satu sama lain ketika berinteraksi. Digunakan tolak ukur menilai baik buruknya kepribadian seseorang. Dinilai baik di masyarakat, orang yang memakai tata krama. Akan dihargai dan dihormati orang-orang di sekitarnya.

Entah saya yang terlalu longgar dengan anak atau entah anak yang tak tahu tata krama. Hari itu seperti biasa saya bersiap ke sekolah untuk mengajar. Sampai di sekolah, seperti biasa siswa saya dapati sudah berbaris di lapangan akan apel pagi.

Saya pun pinjer untuk ambil absen. Kemudian guru pun apel pagi. Sudah satu jam lebih apel pagi. Ternyata, banyak sekali pengumuman hari itu. Hingga apel pagi berlarut menelan 2 jam pelajaran tahfizh (setor hafalan Al-Quran).

Akhirnya pembelajaran pun dimulai pada jam pelajaran 3-4. Saya hari ini mengajar di kelas. Namun, saya lihat semua kelas anteng. Tak ada anak berkeliaran. Semua guru tentu sudah masuk kelas. Kebetulan saya ada keperluan pemberkasan ke Tata Usaha Sekolah.

Tiga kali saya bolak-balik ke kantor guru dan ke TU sekolah. Hingga jelang jam istirahat dua anak datang memanggil saya. Menyampaikan bahwa saya mengajar di kelas mereka.  Saya lihat jam pukul 09.55. Istirahat pukul 10.10.

Tinggal waktu saya mengajar yang seharusnya 75 menit tersisa 25 menit lagi. 50  menit atau 2 JP saya habiskan waktu pemberkasan. Saya betul-betul lupa jika ada jam mengajar hari ini 3 JP di kelas mereka karena adanya pemotongan jam 1-2 akibat apel pagi.

Saya pun mengikuti mereka berdua ke kelas. Saya duduk di kursi guru. Saya tatap mereka semua dengan rasa sedih. Sebab kejadian ini bukan yang pertama tapi sudah berulang. Saya jatuhkan tatapan pada satu anak yang selama ini rajin menjemput saya jika lupa.

"Kenapa Ibu tak dijemput, Kal? Tanya saya sedih.

"Maaf, teman-teman melarang menjemput,Bu. Kata mereka, hei jangan ada yang jemput Bu Nana ke kantor guru. Jangan ada yang keluar kelas. Nanti Bu Nana lihat. Lalu masuk kelas. Kami mau menghafal Fikih."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline