Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Pentingnya Tas Siaga Bencana sebelum Terjadi Bencana

Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tas Siaga Bencana harus disiapkan di dekat pintu keluar rumah (KOMPAS.id)

Padang Panjang, Sumatera Barat merupakan salah satu daerah siaga bagi warganya. Daerah ini termasuk salah satu daerah yang dilewati gempa vulkanik dari arah Danau Singkarak menuju Bukit Tui hingga ke Gunung Tandikek Malalak, Ngarai Sianok, Bukittinggi, dan berputar ke Gunung Marapi.

Gempa bumi Padang Panjang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu gempa dahsyat di Indonesia yang patut diwaspadai oleh warganya. Seperti pada tahun 1926 merupakan gempa bumi berkekuatan 7,6 SR yang berpusat di Padang Panjang dan terjadi pada tanggal 28 Juni 1926.

Gempa ini mengakibatkan sejumlah kerusakan di berbagai tempat mulai dari Tanah Datar, Bukittinngi, hingga seluruh daerah di Padang Panjang, tanah terbelah, dan longsor terjadi seperti di Kubu Karambia dan Simabua. Bahkan merembet ke Danau Maninjau, Solok, Sawahlunto, dan Alahan Panjang.

Gempa yang meluluhlantakkan Padang Panjang dan sekitarnya itu diperkirakan menelan korban setidaknya 354 korban jiwa. Rumah-rumah penduduk yang bukan rumah panggung rata dengan tanah. Bahkan  gempa susulannya mengakibatkan kerusakan pada sebagian Danau Singkarak.

Di Kabupaten Agam dan Bukittinggi, sebanyak 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang meninggal, dan 16 orang luka berat. Adapun dii Padang Panjang sendiri sebagai pusat gempa terdata lebih kurang  2.383 rumah roboh dan 247 orang meninggal.

KOLEKSI TROPENMUSEUM via http://ikbspdpj.blogspot.com/

Demikian juga gempa yang saya rasakan terjadi pada tahun 2007. Tepatnya disebut gempa bumi Sumatera pada Maret 2007 juga serangkaian gempa bumi berkekuatan 5,8-6,4 skala Richter yang melanda sejumlah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia yaitu 6 Maret 2007 mulai pukul 10:49 WIB.

Sekolah-sekolah terpaksa ditutup. Kami pulang ke rumah masing-masing. Ketika saya menjemput dua anak saya ka PAUD ternyata rumah PAUD itu telah rata dengan tanah separuh bagian depannya yang merupakan rumah panggung sisa gempa tahun 1926.

Untunglah anak-anak beserta guru PAUD mereka sedang berada di bangunan permanen dapur sehingga tidak ada korban jiwa. Saya pun mengucap syukur Alhamdulillah dan tetap bertangis-tangisan dengan guru PAUD anak-anak. Cepat-cepat kami meninggalkan lokasi sambil berlinang air mata.

Sesampai di rumah, guncangan kecil-kecil masih terasa. Hingga jelang pukul 12.15 terjadilah guncangan dahsyat. Ini pengalaman pertama saya berkenalan dengan gempa sebesar ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline