Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

3 Sebab Susah Memaafkan dan 3 Kiat Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Diperbarui: 7 Oktober 2022   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Susahnya memaafkan: idntimes.com

Manusia diciptakan Allah SWT dengan kelebihan dan kekurangan. Akibatnya, manusia kadang salah dan kadang benar. Benar dan salah bersifat relatif sesuai kondisi mental dan mood (suasana) hati yang menanggapi.

Kadang mood sedang happy hingga orang lain ditanggapi happy. Kala mood zonk (kosong) karena jelang haid bagi wanita dan faktor kantong kering (tak ada uang) bagi lelaki membuat moodnya negatif.

Ketika mood kondisi ini, respon kepada atasan, rekan kerja, dan siapa saja menjadi salah. Selain pernah berbuat salah karena mood down, tentu juga pernah menjadi korban atas kesalahan orang lain yang bermood down pula. Kejadian saling berbuat salah ini kadang kala bisa ditolerir jika masih di ambang batas normal. Tak bisa ditolerir jika sudah melampaui batas.

Rekan kerja di kantor kadang melampaui batas mempertontonkan mood downnya. Begitulah yang saya alami. Saat itu kami sedang berbicara artis berinisial LK dan pasangannya RB. Sedang hot diperbincangkan jelang makan siang dan jelang kerja dan bercerita dengan teman yang cocok.

Saat cerita mengalir, salah satu rekan kerja yang tak masuk group obrolan menyela, " Hoi, janganlah menambah dosa dengan membuat asumsi-asumsi. Amalanmu banyak nanti hilang,"

Pernyataan itu membuat kami cigin (lari) ke ruang kerja masing-masing. Pernyataan itu sebenarnya betul, dalam agama pun dilarang bergunjing. Gunjing akan menggugurkan pahala karena pahala akan berpindah kepada orang yang digunjing.

Namun, kondisi mood yang sedang down, kritikan di atas memunculkan kesal. Ketika kesal inilah muncul rasa tersinggung dan mungkin juga rasa marah. Alamiah, kesal, tersinggung, dan marah karena kita sedang tidak mengobrol dengannya. 

Sikap menyela di atas sering menimbulkan perselisihan di dunia kerja. Maka memilih lari lebih tepat karena background kami dalam bercerita sering tak menyambung sejak zaman dahulu kala (sejak kenal).

Lawan bicara di dunia ini ada yang memposisikan dirinya kepada kita selaku lebih kaya, lebih genius, lebih hebat, lebih alim, lebih dewasa, dan tentu rasa lebih lainnya, dia sendiri yang lebih mengetahuinya.

Menghindar lebih baik daripada berseteru atau mendengar ceramahnya. Ia lupa bahwa latar belakang hidup manusia taklah sama. Di daerahnya tinggal mungkin tak mengenal KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) seperti yang diberitakan menimpa sejoli LK dan RB.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline