Work life balance apa sih? Sudah pernah dengar? Di dunia pekerja istilah ini tentu tak asing lagi bukan? Work life balance memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaannya.
Misalnya jam di kantor berapa jam? Jam untuk keluarga dan diri sendiri pun berapa jam? Seimbangkah anatara jam kerja dengan jam untuk keluarga dan diri sendiri? Menurut Hudson, aspek aspek dalam work life balance dalam kehidupan seseorang antara lain Keseimbangan Waktu.
Pintar dalam pembagian proporsi waktu luang untuk pekerjaan dan hal-hal di luar pekerjaan inilah yang disebut work life balance.
Ketika Anda merasa cukup, tidak iri, menjaga hati dan diri, bersyukur, dan semangat menjalani hidup baik di kantor, di rumah, dan di mana saja merupakan penerapan gaya hidup versi work life balance. Gaya hidup inilah yang harus dimiliki setiap hari, terutama bagi Anda yang bekerja.
Istilah ini tentu tak asing bagi Anda yang memiliki arti kemampuan individu dalam menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan hal lain di luar pekerjaan Anda, misalnya suami, anak, dan keluarga besar.
Kesadaran work life balance kadang kala memang belum ada pada diri Anda, meski kadang sudah tinggi. Akan selalu bolak-balik sesuai pola pikir Anda. Padahal, hal tersebut penting bagi kita untuk tetap menjaga daya tahan tubuh.
Sebetulnya ada 3 negara di dunia yang digadang OECD memiliki gaya hidup work life balance terbaik. Benarkah? Lalu negara kita Indonesia apakah sudah terkategori memiliki gaya hidup work life balance? Yuk kita simak sejauh mana mereka dan kita memiliki work life balance.
Pekerja Italia
Pekerja Italia konon merupakan pekerja pertama yang memiliki gaya hidup world life balance terbaik di dunia. Berdasarkan data (OECD) World Economic Forum menyebut-nyebut, negara ini memiliki skala 9,4 dari 10 yang berarti hampir sempurna.Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi di sana pun menginformasikan bahwa hanya 3% karyawan yang bekerja selama berjam-jam dan mendapat bayaran.
Pekerja Italia sebagian besar hanya menghabiskan 16,5 jam untuk urusan pribadi dan rekreasi. Bagi mereka, semakin panjang jam kerja yang dijalankan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang dihabiskan untuk kegiatan lainnya, termasuk berkumpul bersama teman dan keluarga.
Pemerintah Italia juga semaksimal mungkin menciptakan iklim kerja yang fleksibel dan mampu mendukung para karyawannya, apalagi untuk para orangtua yang harus membagi antara pekerjaan kantor dan rumah. Merakyat sekali bukan?