Hari ini langit menawarkan warna birunya yang pekat. Awan saja tersingkirkan oleh si biru pekat itu. Dari ufuk timur pun matahari sudah merangkak menuju hampir sejajar kepala. Panasnya cukup membuat gerah tubuh apalagi berada di luar kelas.
Kuayunkan tangan kanan yang bebas beban. Sedang tangan kiri menggenggam satu buku besar dan satu tas tenteng. Kulangkahkan kaki menuju kelas 9L. Dengan senyum sedikit dipaksa, aku menyapai anak-anak yang kujumpai di koridor kelas.
Pergantian jam seperti saat ini memang moment bagi generasi-generasi Z ini untuk mendapat legalitas keluar kelas. Alasan mereka beragam ke toilet, minjam buku, mengembalikan buku, dan ada yang mau dibeli ke kantin atau koperasi sekolah.
Usia 14-15 tahun mereka selaku remaja memang tak betah duduk lama di kelas. Apalah bedanya denganku saat seusia mereka. Hanya saja, aku selaku generasi milenial lebih banyak akal dari mereka. Biasanya aku izin keluar kelas ketika jam pelajaran sisa 20 Menit lagi. Maka 10-15 menit aku bermain di luar kelas dengan izin. 5 menit jelang jam guru habis aku masuk kelas lagi.
Dengan demikian namaku si tukang keluar kelas tak akan tercemar. Baik guru yang sedang mengajar maupun guru yang b1erikutnya tak menyorotiku. Apalagi menggunjingku di kantor guru. Aman begitulah istilah kami dulu di sekolah.
Sekarang aku sudah mencapai kelas 9L. Ketika aku sampai di dekat pintu masuk, guru yang mengajar sebelumku keluar. Kami bertukar senyum.
"Zian baru masuk jelang jamku habis, Bu Nana." Lapor beliau guru matematika.
" Dia dipanggil ke ruang Kepala Sekolah, Bu Lia. Dia dan 6 temannya dipergoki sedang menghisap rokok elektrik di toilet cowok." Jelasku panjang kali lebar.
"Oh, sudah diproses." Syukurlah jawab Bu Lia sambil melengos pergi.
Kami guru memang sudah tahu dari kuping ke kuping kasus Zian dan teman-temannya. Berenam mereka dipergoki tukang instalasi air di sekolah sedang asyik menghisap vape rokok elektrik di toilet. Segera beliau menggiring anak-anak remaja itu ke kantor guru mungkin karena panik mendapati hal ini.