Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Suka Duka 17-an di Bus demi Menghindari Harga Tiket Naik

Diperbarui: 19 Agustus 2022   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si sulung jelang Pelabuhan Merak : Sumber foto Yusriana

Suka duka 17-an di atas bus dari Padang Panjang ke Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan memang di luar ekspektasi. Tak disangka saya dan putra sulung saya bisa melewatinya dengan sempurna.

Ketika saya buka WA group angkatan orang tua Feroma Hukum si sulung, perkuliahan sudah ofline. Mulai kuliah tanggal 29 Agustus. Setelah musyawarah bertiga, kami putuskan beli kebutuhan si sulung di Padang Panjang saja. Susah bila beli di Depok atau Srengseng.

Mulai dari berburu baju kemeja, celana panjang, kaos, boxer, alat masak magic com, pemanas air, setrika, hingga kipas angin, hanger baju, indomie, popmie, tak lupa stok sabun mandi, gundar gigi, odol, dan sabun kain juga cuci piring.

Setelah di packs tertotal jumlah barang mau dibawa 14 packs-an. Wow, komen suami. Ini mah tak bisa naik pesawat. Overload. Lagi pula harga tiket pesawat naik sekarang. Tambah barang sebanyak ini.

Betul, selain harga tiket pesawat naik, barang yang over load, dan kami yang belum suntik boster jadi kendala buat naik pesawat. Akhirnya kami pun sepakat pesan tiket bus saja.

Pukul 10.00 bus yang dipesan memasuki terminal Padang Panjang. Deg degan mendera. 35 Jam kami berdua dengan si sulung akan di bus. Lama sekali. Belum pernah saya naik bus selama itu selain ke Jogja pada tahun 1997.

Kami dapat tempat duduk hari itu Selasa, 16 Agustus 2022 di bangku 21 dan 22. Ternyata busnya kondusif. AC bagus, dan duduk di atasnya juga nyaman. Tetangga juga baik-baik. Tetangga di bus maksudnya.

Terminal bus Padang Panjang: sumber foto Yusriana

Perlahan bus berjalan melewati jembatan layang Padang Panjang menuju Solok. Nampak indah Gunung Merapi. Perlahan tinggal. Perlahan pula mata saya redup dibelai AC. Antara melek dan redup Danau Singkarakpun  mulai terlewati.

Jalanan pun tak ramai. Bus pun melaju kencang hingga saya benar-benar tidur. Sayup saya dengar si sulung komen, " Ma, Danau Singkarak itu sekarang lebih tinggi dari sungai Batang Ombilin permukaannya. Bahaya tidak?" Saya jawab sambil ngantuk, " Bahaya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline