Bahagia itu sederhana kata sawah ketika aku dialiri air mengalir disapa mentari hangat di pagi hari tanpa mentari beri salaman selamat pagi tapi langsung beri senyum di bibir pagi.
Bahagia itu sembunyi di balik rona merah pohon biji jambu air berbedak embun riuh menjejali pipi seperti hujan mendesah pagi ini menyisakan butiran perona resah hati dedaunan dan harapan merekah.
Bahagia itu ketika senyum burung pipit menari lembut menyapa angin melihat padi petani m melambai manja dan saat angin mengajak udara bergoyang sesaat alunan musik dedaunan menambat.
Bahagia ketika melihatmu bahgia kata sawah kepada air mengalir berkata bahagia melihatmu bahagia kepada mentari yang ceria menyapa kita kala tersenyum di bibir pagi ceria.
Bahagia itu memang ketika melihatmu bersembunyi pada wajah jambu-jambu biji merah merona bersalam hujan deru menderu menyapa dedaunan yang mulai tumbuh di tangan ramah penghijauan ini.
Bahagia ketika melihatmu bahagia telah bisa membaca musim lagi sejak tangan ramah penghijauan dipacu bapak dilengan tangan kota dengan satu rumah satu pohon mangga, jambu biji, dan gerakan resapan air di lapangan serta danau butan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H