Pelestarian mengantarkan lingkungan hidup perkotaan dan menghijaukan wajah kota-kota besarnya meskipun hampir sebagian besar wajah-wajahnya telah berpoles bangunan-bangunan yang menjulang tinggi mencakar langit Semarang.
Pelestarian menyapa perkotaan kita yang sudah jarang menjumpai tanah lapang dengan pohon-pohon yang tinggi berganti tenda-tenda berpoleskan meja kursi nongkrong penikmat kuliner kaki lima Semarang.
Tidak heren jika pencemaran udara menyerahksn masalah utamanya kepada perkotaan bernama polusi udara menyesakkan dan merajalela bersama teriakan pabrik-pabrik yang beroperasi serta kendaraan batuk-batuk memuntahkan napas knalpot hitamnya.
Pelestarian pepohonan hijau dapat mengikat gas polutan karbondioksida yang terlepas mencemari udara disertai banjir akibat sempitnya lahan hijau berdirikan bangunan-bangunan hunian maupun perindustrian.
Pelestarian mengadu kepada bapak jika bangunan menghadang air hujan berjalan dan tidak dapat mendekap tanah tempatnya berjalan dan meniti sehingga tergenang berputar-putar di halaman warga hingga memanggil mesra banjir.
Hari ini pelestarian pun mengadu bahwa pemanasan global fakta nyata pada pergantian musim antara kemarau dan hujan tak bisa lagi diprediksi petani yang ingin berkontribusi pangan kepada anak nagari yang biasa dimanjakan beras dan palawija.
Pelestarian melambai kepada bapak pemegang tindakan nyata agar dapat melakukan pencegahan memburuknya lingkungan dengan melakukan penghijauan meski lahan perkotaan sempit tapi si resapan air tak bisa dibujuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H