Rumah berjalan memelukku begitupun barang setia masa depanku dengan hangat hingga kami tak mersa dingin apalagi bosan.
Lembut rumah beroda itu meninabobokkan kami di subuh semangat jelang raja siang menampakkan rona emas timur.
Terkantuk-kantuk mata merayu tapi kukatakan jangan tertutup dulu aku belum pernah menyapa rumah, rumput, tiang listrik
Susah aku merayu mataku hingga masa depan menyerahkan segelas air hangat kuku kepadaku sambal merayuku ia berkata itu air panas Rimbo Panti ada kisah unik menggelitik di situ.
Akupun terayu menyimak masa depan sambil menghitung asap-asap air panas itu yang bermilyaran menari bebas di angkasa tanpa kaki dan sayap.
Dulu di sini ada dua orang yang berburu kijang cerdik tapi baik hati menyerahkan diri kepada dua peburu tangguh itu.
Takdirku bersemayam di perut manusia sebagai makhluk pelanjut rantai makanan untuk menjawab gizi dan pemuas bernama selera serah kijang bijaksana.
Singkat kisah dua peburu sama menembak kijang bijaksana satu di kiri satu di kanan menyalami kaki kijang bijaksana.
Masalah kata mengolok diri peburu gagah mengaku aku dulu penakluknya tak mau kalah beradu kata hingga saling menyakiti.
Si Batak merayu mancit (sakit) si Minang merayu apo kau kecek den mancik (Apa kau bilang, saya kamu bilang tikus) hingga tewaslah kedua peburu tangguh di ujung panah penakluk kijang bijaksana.