Lihat ke Halaman Asli

YUSRIANA SIREGAR PAHU

TERVERIFIKASI

GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Istri yang Sabar

Diperbarui: 11 Juni 2022   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istri yang Sabar

Ketika kita taaruf atau bilanglah lamaran dengan calon suami kita,  pertama mungkin kita lihat wajahnya. Ternyata tampan. Wah, tampan dan ganteng. Lulus seleksi wajah.

Kemudian taaruf berlanjut dialog. Lagi, suaranya bagus. Sopan budi bahasanya dan santun bicaranya. Lulus lagi dari segi adab.

Lanjut berkenalan dengan dompetnya. Berapapun mahar diminta oleh ayah kita, ternya disanggupi. Disanggupi mahar yang diminta. Lulus pula dari segi dompet.

Begitulah tahapan kita jelang proses lamaran. Tak jarang kita lupa menyeleksi shalatnya dan kesabarannya. Bahkan kita lupa atau memang tak punya ilmu untuk melakukan shalat dua rakaat istikharah dulu. Meminta restu Allah. Nah, Ketika kita sudah terlanjur menikah dan hanya sampai tahap 3 perkenalan di atas meliputi wajah, adab, dan finansial saja yang kita filter akan sering muncul suami-suami yang tidak sesuai ekspektasi kita.

Jangan menyerah. Meskipun nasi sudah jadi bubur. Kita kembali ke takdir Allah. Bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan kepada kita di luar batas kemampuan kita. Lakukan lagi seleksi pasca menikah.

Apakah suami senang lempar barang jika emosi. Suami suka main tangankah? Istilahnya KDRT.   Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Jika suami terdeteksi KDRT tak ada salahnya kita coba shalat istikharah. Minta pendapat Allah apakah suami kita layak untuk diperjuangkan. Apakah rumah tangga kita bisa dilanjutkan.

Begitupun jika suami kita suka lempar barang. Dikit-dikit emosi, piring pecah. Pun ini bisa kita seleksi dengan shalat istikharah. Memohon pendapat Allah. Layak tidak layakkah rumah tangga kita berlanjut.

Ternyata, terjadi perubahan perilaku signifikan suami jika memang terbaik menurut Allah kita perjuangkan suami kita. Terjadi perubahan sikap dan kelembutan suami.

Di sinilah kunci kesabaran dan doa seorang istri berperan.  Seperti kita baca pada cerita-cerita novel. Suami dibekali oleh sikap posesif terhadap istrinya. Sebetulnya cerita fiksi itu tak melulu imajinatif tetapi sekian persen ceritanya berdasar peristiwa nyata. Jika kita jujur semua itu akan kita rasakan dalam menghadi pasangan. Baik suami maupun istri karena tak ada manusia sempurna.
Hanya saja istri lebih cendrung banyak mengalah daripada suami. Inilah sisi lembut seorang istri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline