Lihat ke Halaman Asli

Rian Andini

Emak Blogger

Menelisik Kembali Cerpen Fenomenal "Runtuhnya Surau Kami"

Diperbarui: 24 Maret 2019   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Teman-teman pernah membaca cerita pendek yang berjudul 'Runtuhnya Surau Kami' karya A.A. Navis?

Kalau belum jangan khawatir, saya akan menuliskan sedikit sinopsisnya. Runtuhnya surau kami menceritakan tentang seorang penjaga masjid yang sudah uzur umurnya. Kerjanya setiap hari ialah beribadah di dalam masjid tersebut. Hingga pada suatu hari, ada pemuda kampung menceritakan suatu kisah yang akan mengantarkan kematiannya.

Ia bercerita bahwa pada suatu hari saat hari perhitungan amal, ada seorang haji yang sangat percaya diri untuk masuk surga. Ketika ditanya Tuhan apa saja yang ia lakukan di dunia, ia menjawab bahwa ia selalu melakukan ibadah dan berdzikir menyebut nama-Nya.Seketika itu, Tuhan menyuruh malaikat untuk melemparnya ke dalam neraka. Jelas saja si pak haji itu protes karena ia merasa memiliki amal yang banyak.

Ternyata untuk masuk ke surga yang banyak nikmatnya itu dibutuhkan amal yang tidak hanya berasal dari ibadah tapi juga dari bekerja. Cerita itu diakhiri dengan malaikat yang melempar pak haji ke dalam neraka. Bapak tua penjaga masjid merasa syok dan keesokan paginya ia mengakhiri hidupnya sendiri. Fuah, kisah akhirya bikin sesak di dada yak.

Nah, kira kira seperti itulah inti dari cerpen karya A.A. Navis yang diterbitkan pada tahun 1955 silam, tapi masih sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat indonesia hingga sekarang.

Cerpen ini jelas sangat menarik, baik pesan yang ingin disampaikan juga dari gaya tulisan yang disajikan. Ia sangat menyentil kehidupan beragama yang seringkali salah kaprah. Padahal seperti kita semua sudah tahu bahwa belajar dan bekerja pun adalah ladang amal yang jelas juga akan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan, sahabat dekat Rasulullah rata-rata adalah pengusaha sukses.

Saya pernah mendengar kisah dari abi Quraish Shihab di segmen Shihab & Shihab di kanal Youtube Najwa Shihab. Ketika itu ada pertanyaan "Lebih baik mana, naik haji yang kedua kalinya atau menolong tetangga yang kala itu sedang butuh bantuang uang?". Abi Quraish Shihab menjawab bahwa tentu saja lebih baik menolong tetangga. Karena Tuhan lebih menyukai kebaikan yang sifatnya horizontal ketimbang vertikal. Ibadah yang bersifat vertikal maksudnya adalah ibadah antara manusia dengan Tuhannya, sedangkan ibadah yang bersifat horizontal adalah kebaikan antar sesama manusia.

Kalau dingat-ingat, Rasulullah pun memiliki misi menyempurnakan ahlak manusia. Ketika bekerja akan membawa manfat buat keluarga maka itu jelas akan membawa amal untuk tabungan kita. Bahkan doa sapu jagad yang paling sering diucapkan saja bunyinya adalah "Berikanlah keselamatan bagi kami di dunia dan akherat".  Jadi, urusan duniawi itu memang penting kok, walau tentu saja bukan yang paling penting.

Sekilas Tentang A.A Navis

Ali Akbar Navis lahir di Padang Panjang , Sumatera Barat, 1924. Hadeh, saya selalu menghela napas tiap lihat biografi penulis yang asalnya dari Sumatera. Ada apa ya dengan Sumatera, kok bisa menelurkan banyak penulis kece?

A.A. Navis mendapat julukan "pencemooh nomor wahid" karena tulisannya yang selalu menyentil kondisi sosial saat itu. Bayangkan saja, cerpen ini saja terbit di tahun 1955, ketika saat itu norma masih melekat erat dibandingkan sekarang. Pastilah cerpen ini banyak mengejutkan pembacanya, terasa jahat dan kejam karena berani menyuarakan perihal sensitif seperti urusan beragama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline