"Alam menciptakan kemampuan. Keberuntungan melengkapinya dengan kesempatan." (Franois de la Rochefoucauld)
Sepertinya pepatah di atas memang boleh dipercaya. Dunia ini ibarat sebuah pohon dengan buahnya yang lebat. Sayang, tak semua orang mampu memetiknya karena batang yang terlalu tinggi.
Bagi sebagian orang, ini bukanlah penghalang karena mereka bisa menggunakan alat bantu, seperti tangga bahkan dengan skill memanjatnya, mereka bisa naik hingga dipetiknya si buah manis.
Bagi sebagian yang lain, hal ini ternyata sulit dicapai sehingga mereka tak memanfaatkan kesempatan untuk dapat menikmati buah tersebut. Apakah ini salah? Gak juga sih, setiap orang berhak untuk memilih.
Ada pula hal yang tak bisa kita pilih atau kita tolak, yaitu perihal untung dan malang. Andaikata kita membagikan kuesioner kepada orang-orang di sekitar lalu menyodorkan pertanyaan, "lebih pilih mana, untung atau malang?"
Saya percaya, sebagian besar reponden pasti menginginkan kondisi yang penuh dengan keberuntungan. Tak terkecuali saya, walaupun kondisi yang saya terima tak selalu seperti yang diharapkan. Dan pastinya, ini tak bisa ditolak.
Apa itu Glück?
Gluck, sebuah kata dalam Bahasa Jerman yang jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, lagi-lagi bermakna keberuntungan. Kata istimewa ini saya temukan pada sebuah minimarket, dengan gaya khas Italia-nya.
Ya, hawa ademnya membuat saya menjadi betah berlama-lama di dalam. Maklum ya, sejak pandemi sudah jarang merasakan hawa adem mall. Hihihi....
Agak keder juga melihat beberapa produk yang dijual, jangan-jangan mahal nih. Apalagi, lebih dari setengahnya merupakan brand produk impor, dan parahnya kebanyakan seisi market ini memanjakan para pecinta dapur, tak terkecuali saya.
Nana, sang owner menyebutkan bahwa "Glück Manamart", nama usaha yang dibangunnya akhir tahun lalu merupakan perwujudan dari doa.