Tertata cantik di kotak kaca, naskah-naskah koleksi perpustakaan Keraton dan Pakualaman ini tampak anggun memamerkan aksara demi aksara. Tak hanya itu, 75 naskah Keraton yang dulu dijarah Raffles saat peristiwa "Geger Sapehi" tahun 1812, kini sedang dipamerkan di Bangsal Pagelaran Keraton Yogyakarta dalam bentuk digital. Semenarik apa sih ini?
Beruntung, saya dan belasan kawan lainnya bisa kembali menjejakkan kaki di Keraton Yogyakarta untuk menikmati pameran naskah bertajuk "Merangkai Jejak Peradaban Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat".
Menunggu di area pembelian tiket masuk, kami bercengkrama sejenak sambil menikmati snack ringan sebagai penyuplai energi kami sebelum menjemput salah satu "kekayaan" Keraton ini. Sebagai orang Jogja, saya merasakan euforia kembalinya naskah berharga yang menghilang sejak ratusan tahun ini.
Sejarah Penjarahan Naskah Keraton Yogyakarta
Sebenarnya, apa sih yang berharga dari naskah-naskah ini? Apa hubungannya dengan peristiwa Geger Sapehi? Berikut ringkasan kisah yang saya ringkas dari salah satu judul artikel di Tirto:
Setelah Inggris berhasil merebut Jawa dari belanda di tahun 1811, Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles berencana menguasai Keraton Yogyakarta dengan berbagai cara.
Suatu ketika ia sangat kesal kepada Sri sultan Hamengku Buwana II selaku Raja Yogyakarta atas penolakan kerja samanya karena mereka dianggap sebagai bangsa asing yang menginjak-injak bumi Mataram.
Sakit hati karenanya, sekitar 1.200 orang prajurit berkebangsaan Eropa serta serdadu sepoy dari India dikerahkan Inggris untuk mengepung Keraton Yogyakarta pada 18 Juni 1812.
Sultan Hamengkubuwana II yang saat itu tak mau menyerahkan tahta membuat Inggris naik pitam, hingga akhirnya menghujani meriam dan peluru ke Keraton tanpa ampun. Serangan sempat ditahan oleh Angkatan perang Kesultanan Yogyakarta namun berakhir nahas, mereka kehabisan amunisi
Inggris sukses menduduki Keraton Yogyakarta hingga akhirnya menjarah beberapa "kekayaan" istana yang berharga. Tak hanya uang, mereka juga merampas isi perpustakaan Keraton yang menyimpan ratusan koleksi manuskrip, foto-foto langka, karya-karya pujangga, kitab-kitab lama dsb.