Setiap orang pastinya berharap banget ya punya fisik yang cantik atau tampan. Bahkan tak sedikit dari mereka berkorban waktu, tenaga maupun materi untuk membuat diri jadi lebih rupawan. Memangnya berwajah tampan itu selalu menyenangkan?
Ah, gak juga. Nyatanya, cowok yang satu ini justru malah sering ketiban masalah karena wajahnya yang over tampan. Siapa dia? Kenalan yuk sama Witing Tresno Jalaran Seko Kulino alias 'Kulin'.
Hihihi... Hingga saya menulis ini, suasana di dalam bioskop sungguh masih terasa. Kenapa? Karena suasana gaduh penonton yang tak henti-hentinya terbahak. Hahaha.. Ada apaan sih ini? Jadi ya, Visinema Pictures ceritanya mengepakkan sayapnya dengan memproduksi tayangan layar lebar yang ceritanya diadopsi dari komik daring berjudul "Terlalu Tampan".
Nah, dengan imajinasi tak terbatas, akhirnya komik bergaya 'manga' khas Jepang ini sukses disulap menjadi sebuah tayangan asyik yang memberikan angin segar bagi industri perfilman di Indonesia. Tak seperti yang lainnya, film yang disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie ini sajikan tampilan visual khas 'komik', seperti yang selama ini digandrungi anak muda.
Mau tahu, siapa sih pemeran utama dari film 'Terlalu Tampan'? Taraa.... Inilah seorang aktor pendatang baru, Ari Irham, yang berperan sebagai Mas Kulin dengan wajah yang over tampan. Singkat cerita, ketampanannya ini diturunkan bukan hanya oleh Pak Archewe, sang papa yang diperankan oleh Marcelino Lefrandt, tapi juga karena gen sang mama. What?
Pak Archewe, lelaki yang diceritakan sebagai playboy kelas kakap semasa mudanya ini akhirnya mempersunting Bu Suk, sosok mama dari Kulin yang diperankan pedangdut Iis Dahlia. Sifat playboy sang papa ternyata menurun pada kakak Kulin, yaitu Mas Okis yang dimainkan sangat 'gemes' oleh Tara Budiman.
Hahaha.. Sampai sini, saya masih belum bisa menahan ketawa karena sajian alur ceritanya yang lumayan kocak. Film ini walaupun terkesan ringan, bagi saya memberikan beberapa nilai hidup yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja itu? Boleh dong intip satu per satu:
1. Mengingatkan tentang 'arti penting keluarga'
Memang benar, saya merasakan kekuatan cinta keluarga di film yang alur ceritanya ditulis oleh Nurita Anandia W. ini. Diceritakan, keluarga Kulin sangat mengkhawatirkan masa depan si anak bontot ini yang terlalu mager di zona nyamannya, yaitu keseharian yang hanya disibukkan oleh aktivitas Home Schooling yang membuatnya anti sosial.
Ini bukan karena ia introvert, namun menghindari 'musibah' yang akan terjadi padanya ketika para wanita melihatnya berkeliaran di luar sana. Pingsan, histeris, kejang-kejang bahkan mimisan adalah beberapa dampak mengerikan yang akan dialami para wanita (muda/tua) saat melihat ketampanan Kulin.
Berbagai cara dilakukan keluarga untuk 'memaksa' Kulin bersosialisasi di dunia luar. Ya, walaupun pada akhirnya itu terjadi karena terpaksa. Kulin menyadari, tanpa dukungan keluarga, ia takkan bisa merasakan tantangan hidup di luar sana.