Kesenian batik, siapa yang tak mengenalnya? Apalagi saya, tinggal di kota Jogja bisa menjadi alasan mengapa saya harus mengenal budayanya, termasuk membatik.
Agak malu juga sih, sampai hari ini saya belum pernah membatik dengan serius hingga menghasilkan selembar kain yang bernilai. Padahal ya, perempuan Jawa zaman dulu kan sangat terampil membatik tulis, bahkan jadi mata pencaharian.
Tapi, saya salut loh dengan anak-anak di Kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul, kelas 3 SD sudah piawai megang canting dan menghasilkan karya bernilai seni tinggi. Eh, beneran?
Siang yang cerah diiringi angin sepoi-sepoi, masuklah saya ke sebuah area desa yang masih khas dengan nuansa alamnya yang sejuk. Sebagian ada rumah yang sudah direnovasi, namun ada pula yang mempertahankan bangunan lawasnya. Beberapa warga tampak bersantai ria di lincak (kursi bambu memanjang yang biasa dipasang di depan rumah) sambil tertawa terbahak, tanda bahwa tema obrolan memang menarik.
Potensi apa sih yang ada di desa ini? Itulah kata kunci yang ingin saya gali dari desa yang saya tempuh kurang lebih 90 menit dari Jogja kota ini. Beruntunglah saya bertemu Sugiyanto, sekretaris Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari yang banyak memberikan informasi terkait perkembangan desa ini.
Masyarakat di desa ini rata-rata bermata pencaharian sebagai pengrajin, pedagang maupun buruh pabrik. "Loh, bukan jadi petani to pak...?", tanya saya dengan mimik wajah heran. Nah, menurutnya yang sibuk sebagai petani ada juga, namun hanya sebagai sambilan karena pekerjaan ini sangat dipengaruhi cuaca. Jika musim kemarau berkepanjangan, tentu saja sawah susah diolah.
"Disini banyak yang menjadi pengrajin mbak, hanya jarang terekspos media...", jawabnya saat saya bertanya lebih dalam tentang kerajinan khas Gedangsari ini. Menurutnya sejak zaman dulu, desa ini dipenuhi oleh para pengrajin kentongan, bonggol bambu untuk kerajinan bebek-bebekan juga cobek batu. Produksinya masih skala kecil namun pemasarannya sudah sampai ke luar daerah.
"Ada gak sih Pak kerajinan yang khas banget dan pernah membawa perubahan untuk masyarakat di sini?", tanya saya melanjutkan. Sugiyanto menjawab ada, ini sekaligus mata pencaharian yang sudah berkembang lama dan sempat mendapatkan penghargaan. Ya, kerajinan batik tulis.
Anak-anak Dibekali Keterampilan Membatik Semenjak Kecil
Tak sekadar mencari keuntungan, kerajinan batik juga dibudidayakan untuk meningkatkan kualitas SDM di desa tersebut. Maksudnya? Ya, anak usia dini pun sudah dilatih untuk membatik tulis. "Anak kelas 3 SD sudah diajarin megang canting, mbak...", ungkapnya semangat.
Jangan salah paham ya. Kondisi ini bukan untuk mempekerjakan anak di bawah umur loh, namun membekali mereka agar memiliki skill membatik sejak kecil sehingga dapat mereka kembangkan di masa yang akan datang.