Tusuk demi tusuk saya babat habis. Ini bumbunya beda, sambalnya matang dengan warna merah merona. Sate yang satu ini memang spesial, tanpa kacang seperti yang lainnya. Boleh minta dipisah sambalnya, boleh lngsung dibubuhkan di atas satenya. Enak? Ehmmm, menurut saya sih iya. Kebetulan saya pesan yang sambalnya dipisah, daaaaannn ternyata pas icip satenya tuh sudah enak loh walau belum dikasih sambalnya. Warna daging ayam yang kecoklatan dan beraroma gurih ini benar-benar membawa kenikmatan maksimal di malam itu. Ohhhh, ini sate Taican ya? Bukaaaaan, ini Satay Kato :)
Sebuah pengalaman berkuliner yang mengasyikkan saya rasakan malam minggu lalu. Ini ceritanya diajakin kulineran ala-ala kaki lima atau bahasa kerennya street food. Saya segera bergabung bersama yang lain di sebuah tenda kuliner, masih dikawasan kampus UGM Yogyakarta. Nuansa malam itu begitu ramai. Maklumlah, anak-anak muda di Jogja kan kalau malam minggu suka berkelana untuk sekadar cuci mata atau hunting kuliner murah yang sesuai dengan kantong mereka.
Satay kato salah satunya. Warung kuliner yang satu ini ternyata sudah banyak penggemarnya, loh. Jogja sendiri disambangi kuliner sate berbumbu sambal ini sejak 6 bulan lalu dan kini sudah ada 25 cabangnya di seluruh Indonesia. Nah, siapa sih pencetus ide bisnis ini? Usut punya usut, ini adalah ide unik seseorang yang berdomisili di Jakarta, mas Yudha Fajrin. Mau tahu seluk-beluk tentang perkembangan sate ini? Berikut ringkasannya.
Konsep Gerobak Kaki Lima (Street Food)
Nah, sejak dibuka 20 Agustus 2016 lalu, usaha kuliner ini memang dikonsep secara sederhana oleh sang founder, yaitu street food atau menggunakan gerobak kaki lima, dimana usaha sederhananya ini pertama kali dibuka di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Walau lambat laun punya banyak penggemar, ternyata konsep usahanya ini memiliki kekurangan, yaitu jualan terpaksa tutup saat hujan turun deras. Mungkinkah founder akan mengubah konsep jualannya agar lebih aman terhadap cuaca ekstrem? Kita tunggu perkembangannya ya :)
Pilihan Daging Ayam Berkualitas
Satay Kato mencoba mempertahankan citarasa dengan menggunakan daging ayam, khusus pada bagian paha. Mengapa paha? Karena paha teksturnya lebih lembut dan empuk saat dinikmati. Inilah salah satu rahasia dapur Satay Kato yang sempat dibeberkan oleh Mas Gobang, mitra bisnis Satay Kato cabang Jogja.
Berani bagi-Bagi Satay Kato Gratis
Promo Satay Kato ini memang tak main-main. Di setiap kota, founder tak pelit untuk bagi-bagi sate gratis agar nikmatnya bisa dirasakan oleh banyak orang. Mas Yudha pada awalnya berbagi beberapa porsi satay kato gratis sebagai tester untuk orang-orang yang nongkrong di keramaian. Begitupun mas Gobang, tak lelah promo produk kulinernya ini dari berbagai media online, diantaranya instagram dan undang beberapa rekan media/blogger untuk icip satenya. Dan ternyata gimana? Enak sih :D
Hadir sebagai Kompetitor Sate Taican
Tak dapat dipungkiri, pada awal Satay Kato diperkenalkan ke masyarakat, banyak yang mengira bahwa ini adalah Sate Taican. Padahal bukan, bisa dibilang sate kato ini hadir untuk menyaingi Sate Taican. Tentu saja, ini bersaing dalam konteks yang sehat loh ya karena keduanya memang diolah dengan cara yang berbeda. Jika Taican diolah dari bagian dada ayam, maka Satay Kato diolah dari bagian pahanya.