Lihat ke Halaman Asli

Riana Dewie

TERVERIFIKASI

Content Creator

Menyibak Ekowisata Desa Malangan dengan Beragam Potensinya

Diperbarui: 27 Maret 2017   09:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu RW sedang menjelskan tentang tanaman polybag (Dok.Pri)

Melakukan aktivitas wisata bernuansa alam memang menyenangkan. Apalagi jika di sana kita bisa merasakan sentuhan edukasi dan bersapa ramah dengan masyarakat pedesaan. Sedaaaap, saya sukses merasakan kenikmatan ini beberapa waktu lalu. Sabtu itu (11/03/17), saya beserta teman-teman bloger Jogja dipaksa untuk mengenyam indahnya panorama alam sebuah desa. Ia menyimpan beragam cerita sejarah, diantara yang melegenda adalah berdirinya sentra kerajinan bambu, Tunggak Semi, yang berproduksi sejak 1965. Fenomena ini seakan menegaskan bahwa ia pantas dilestarikan, dibangun, dikonservasi serta dipamerkan sebagai desa wisata unggul di DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta). Siapa berminat? Yuk bergegas ke Desa Wisata Malangan, sentra wisata edukasi bagi penggemar alam dan budaya.

Sudah pernah mendengar tentang Desa Wisata Malangan? Berlokasi di Sumber Agung, Moyudan, Sleman, DIY, desa ini mencoba bangkit dari tidur panjangnya dan menawarkan sajian wisata yang sangat elok. Saat bertandang ke Malangan, saya merasakan sukacita yang luar biasa. Aroma kesegaran alam khas desa, kesejukan yang menyentuh kulit ari, pemandangan sawah hijau, gagahnya gunung yang memanjakan mata serta penampakan warna-warni kerajinan yang memiliki nilai histori tinggi adalah bukti bahwa desa ini tak boleh diremehkan begitu saja.  

Langsung terbersit di benak, beberapa obyek wisata alam mendapat stempel kehormatan untuk mendapatkan gelar ‘ekowisata’. Apa itu ekowisata? Organisasi The Ecotourism Society (1990) mendefinisikan ekowisata sebagai berikut:"Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan serta melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat". Mudahnya, ekowisata ini merupakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan, menekankan pelestarian lingkungan (konservasi), pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakatnya serta mengandung unsur edukasi.

Menurut saya, Desa Malangan ini memang sangat cocok dikategorikan sebagai ekowisata. Ada banyak potensi yang saya temukan selama berkeliling dengan mengayuh sepeda sambil menghirup sejuknya udara yang jauh dari polusi. Beberapa sentra wisata yang mengagumkan menjadi pelengkap perjalanan kami. Pertama adalah perikanan konvensional dimana produksi utamanya adalah ikan lele, gurami dan nila. Kedua adalah Mina Padi, kolaborasi penanaman padi dengan penangkaran ikan di sawah dengan sistem tabela (tabur benih langsung). Ketiga adalah Sentra Batik dimana pengunjung bisa melihat secara langsung proses produksinya. Keempat adalah kerajinan keris pusaka, dimana pengunjung bisa melihat proses pembuatan. Terakahir, ini yang menjadi sentra produksi terbesar di desa Malangan, yaitu pusat kerajinan bambu yang menghasilkan produk anyaman bernilai seni tinggi.

Melihat eksistensi desa Malangan yang berlimpah SDA (Sumber daya alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia), dapat disimpulkan bahwa kawasan ini pantas diperkenalkan sebagai ekowisata yang memiliki nilai histori tinggi. Berikut adalah beberapa alasan mengapa ekowisata Desa Malangan ini harus dikembangkan secara kontinyu :

1. Menawarkan Pola Wisata Ramah Lingkungan


Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saat mengekspos satu per satu kekayaan alam dan budaya di desa ini, pengunjung diberi fasilitas sepeda onthel maupun sepeda modern (bisa dipilih sesuai kebutuhan) serta selama perjalanan akan ditemani oleh tim pengelola wisata. Di tepi-tepi sawah yang masih luas, saya melihat beberapa tanaman tumpangsari berdiri rapi dan cantik di sepanjang jalan. Seorang ibu, yang tak lain ketua RW setempat menyapa ramah sambil memberikan informasi singkat mengenai ini. “Ini adalah program penanaman di RW sini mbak, yang dikelola oleh ibu-ibu. Kami menanam beberapa bibit jeruk, jambu dan tanaman-tanaman buah lainnya di tepi sawah dengan polybag serta di depan rumah kami dengan pot. Tujuannya untuk memanfaatkan tanah liar dan besok hasilnya bisa dijual untuk menambah kas kami”, jelas ibu tadi.    

Hal lain yang menyebabkan desa ini disebut ramah lingkungan adalah digalakkannya sistem perikanan mina padi oleh Bupati Sleman yang ternyata memiliki manfaat sangat besar bagi masyarakat Desa Malangan. Sistem ini dirasa lebih efektif waktu untuk menghasilkan dua produk sekaligus di sawah, yaitu padi dan ikan dalam waktu hampir bersamaan. Satu lagi yang membuat sistem mina padi sangat direkomendasikan adalah dapat memutus mata rantai hama wereng dan tikus yang sebelumnya sempat menggagalkan panen warga selama 7 tahun berturut-turut.

2. Meningkatkan Perekonomian dan Sosial Masyarakatnya

Tak dapat dipungkiri, sejak desa wisata Malangan ini dikembangkan dan didatangi beberapa wisatawan yang ingin menikmati kearifan lokanya, desa ini makin berkembang, terutama di sisi perekonomian. Seorang teman bloger kala itu bertanya kepada simbah-simbah sepuh (nenek-nenek) yang sedang menganyam kerajinan bambu dimana hasil akhirnya adalah berupa besek dan tampah. “Mbah, sejak desa ini didatangi banyak orang, ada efeknya bagi simbah dan keluarga tidak?” Jawab simbah dengan senyum bahagia yang menyeruak, “Wah, ngaruh mas. Ya, di sini makin berkembang, saya juga jadi punya penghasilan tiap hari. Membantu sekali pokoknya.” Kira-kira seperti itu pembicaraan mereka yang aslinya saya dengar dalam bahasa Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline