Lihat ke Halaman Asli

Embun Fajar

Diperbarui: 13 Juli 2018   12:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di bawah hangatnya gubuk mungil yang menjadi tempat berkeluh kesah dengan hari-hariku yang semakin menantang. Tak ada gunanya hanya berceloteh manja tanpa meninggalkan sesuatu yang luar biasa yang dapat dilihat sekejap dikemudian hari. Diatas tempat sujud ini tiba-tiba teringat masa yang telah terlewat bersamamu. Masa yang membuat hati tak tenang, masa dimana segala sesuatu yang selama ini sudah terkubur lama dan sangat dalam, kau maksudkan kembali. Sungguh membuat hati ini bertanya-tanya. Bukankah dahulu kau tak menginginkannya ? namun mengapa sekarang berucap seakan-akan dahulu kau tak pernah menginginkannya.

Sebenarnya tak perlu ada hubungan spesial bentuk apapun. Jalani saja apa yang ada, bukan untuk mengelak dari pertanyaan konyolmu siang itu. Tapi aku tak ingin sebuah karma menghampiri dan membuat kacau semuanya. Jangan sesekali menanyakan cinta atau sayang kepadaku. Karena aku tak memiliki sebuah jawaban yang bisa kaudengar. Entah kenapa ini tak ada jawaban secuil pun dari pikiranku. Semuanya mengalir mengikuti arus yang sudah ada. Dan menurutku biasa saja, berteman dengan seorang laki-laki sudah wajar. Tidak kuanggap lebih, juga tidak kuanggap kurang.

Hari ini, Sang Fajar masih menyimpan sejuta rahasia yang patut dipikirkan. Tiba-tiba begini dan begitu. Alangkah baik jika melakukan antisipasi sejak awal. Bukan takut akan karma masa lalu, namun lebih kepada mengurangi. Jika memang kau seorang laki-laki yang baik dan penuh tanggung jawab. Kau takkan berbuat hina pada perempuan yang sudah kau beri tanda setia itu. Jagalah aku, raga dan sukmaku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline