Lihat ke Halaman Asli

INDRIAN SAFKA FAUZI (Aa Rian)

Sang pemerhati abadi. Pemimpin bagi dirinya sendiri.

Penyebab Kemarahan dalam Sudut Pandang yang Berbeda

Diperbarui: 15 Maret 2023   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ih Kezel! (Freepik.com)

Hai sahabat pembaca!

Mungkin kita tidak asing jika penyebab kemarahan diantaranya: Stres, depresi, gangguan kecemasan, dan kurang tidur seperti yang sudah di ulas di alodokter.com. Lantas... adakah penyebab lainnya? Simak tulisan berikut sahabat!

1. Kesenjangan harapan dengan kenyataan (masalah)

Kita sudah tidak asing dengan fenomena demonstrasi massa, banyak yang mengeluhkan kebutuhan hidup yang diharapkan tidak dipenuhi sesuai kenyataan oleh penguasa. Apakah kita merasa marah jika harapan tidak sesuai kenyataan? Mari kita cek rekam jejak pribadi kita masing-masing saat menghadapi situasi demikian, apakah kita benar-benar marah karena merasa tidak mampu, atau menjadikan ketidakmenerimaan kita dengan penuh semangat untuk makin berkemampuan?

2. Diragukan sesama kita

Kita kadang mungkin terpantik emosi marah, saat pelbagai pernyataan yang melambangkan keraguan mereka terhadap kredibilitas dan kapasitas kita sebagai seorang yang dipercaya. Apakah benar demikian? Misal sebagai contoh fenomena seperti berikut:

Seorang konsumen bertanya dengan penuh keraguan kepada pekerja:

"Bisakah anda mengerjakan pekerjaan dengan cepat? Saya sedang buru-buru!"

"Mengapa begitu saja tidak bisa? Katanya lulusan akademi "XXX"?

"Apa anda kesulitan untuk mengerjakan pekerjaan mudah ini? Katanya sudah ikut pelatihan?"

Kira-kira jika kita mendapati pertanyaan seperti ini, apakah kita akan marah? Atau berjuang menunjukkan kapasitas dan kemampuan terbaik kita agar beliau percaya pada kita?

3. Keyakinan pribadi yang disinggung

Apakah saat keyakinan kuat yang melekat pada diri kita disinggung, bahkan direndahkan kita berdiam diri? Atau terprovokasi dalam kemarahan? Jawaban ada dalam nurani pribadi masing-masing. Apalagi jika sudah berkait erat dengan SARA, tentu berpotensi memicu interaksi sosial negatif.

4. Tidak dihargai

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline